Halaman

28 Feb 2012

Tidak Bermutu itu Budaya Kita

Sejak kanak-kanak kita dididik untuk seragam. Seragam seolah dianggap budaya yang mesti ditaati dengan segala hormat. Dari hal sepele seperti pakaian, sampai kepada karya cipta pun sejak dini kita sudah dipaksa seragam. Padahal saya benci sekali, ketika misalnya saya punya baju bagus, eee … ada teman yang tiba-tiba ikut punya pula.

Waktu SD pelajaran mengarang, disuruh mengarang bebas. Tapi harus tentang liburan. Hasilnya? Yaa, seragam. Semua mengarang tentang pengalaman selama libur. Pelajaran menyanyi, hanya boleh lagu anak-anak. Tak boleh lagu dewasa, lagu Tua-Tua Keladi, apalagi lagu dangdut. Padahal kan katanya Dangdut is the Music of my Country, gimana sich? Ulangan menyanyi lebih parah. Lagu bebas boleh asal lagu nasional. Ada lagi lagu wajibnya. Gimana bisa berkarya kalau begini. Sudahlah bebas dibatasi, eee, ada lagi wajibnya, hahaha!

Pelajaran menggambar harus gambar pemandangan. Hasilnya? Semua menggambar  dua buah gunung/bukit yang tampak dari kejauhan. Yang satu besar sedang yang lainnya agak kecil. Di depannya ada gambar petak-petak sawah. Dari belakang lereng salah satu gunung tampak mengintip matahari lengkap dengan gambar pancaran sinarnya. Sementara di angkasa ada gambar burung yang menyerupai awan, atau gambar awan yang menyerupai gunung. 

Ohya teman-teman saya dulu banyak yang suka menari, tapi tak ada tuh, yang jadi koreografer sampai sekarang?

Okee, itu saat masih SD. Bagaimana dengan SMP atau SMA ?

Ikutan lomba mengarang. Tetap pakai dibatasi tema. ‘Guru yang Disukai’ atau tema-tema spesial dari panitia. Ikut festival menyanyi. Juga ada lagu wajibnya dari penyelenggara. Lomba melukis? Cuma ada sayembara pembuatan logo. Atau lomba karikatur yang pasti juga punya tema khusus. Lomba tari yang dinilai juga bukan improvisasinya, tapi melulu soal kekompakan.

Bertahun-tahun kemudian....

Ketika Sheila on 7 sukses dengan lagu-lagu cinta, muncul Ungu, Caffein, Element, Peterpan dll mengusung tema yang sama. Kangen Band bikin musik melayu, hadir pula ST12, Statim, Wali, Armada dll, juga dengan musik melayu. Inul ciptakan goyang ngebor, Uut goyang ngecor, Yessi Vibrator, Anissa Patah-Patah. Lagu SMS meledak, tercipta pula lagu Miscall.

Filem Jelangkung diminati, muncul puluhan film sejenis. Jin dan Jun, eeh ada juga Tuyul dan Mba’ Yul. Tersanjung sekian tahun, Cinta Fitri juga bertahun-tahun. Cinta Fitri sukses ada lagi Cinta Bunga, Cinta Indah Cinta … Cinta … Cinta … Ada Uya Kuya, Cinta Juga Kuya juga ada. Misteri Ilahi, Rahasia Ilahi. Uka-Uka sukses, Dunia Lain ga’ mau kalah.
 
Syahrini punya Jambul Khatulistiwa, Bulumata Antibadai, dilanjut dengan Jambul Monas dan Terowongan Casablanca. Ashanty juga ikutan dengan Konde Meledaknya. Jupe, ga’ ketinggalan donk, Bra Dispenser. Dan khusus untuk menyambut kedatangan Agnes Monica di Batam tanggal 28 ini, saya juga sudah menyiapkan sendiri, Kumis Galian Kabel PLN.

Bahkan sekarang Ronaldinho pun sudah bisa dicontek oleh Ronaldikin.

Banyak penemuan dan karya-karya agung lahir dan ditemukan berkat imajinasi. Sayangnya sejak kanak-kanak imajinasi kita dilatih seragam. Ini adalah penjajahan terhadap kebebasan berfantasi. Penjajahan yang akhirnya berbuntut banyaknya karya cipta yang mirip dan miskin identitas. Mirip di dunia karya cipta adalah pembajakan. Dan pembajakan adalah musuh besar setiap karya cipta. Seni sebagai bentuk karya cipta harus bernilai artistik. Artistik itu indah. Hanya sesuatu yang indah yang bisa membangkitkan gairah. Gairah lah yang menentukan mutu hidup kita. Suatu karya seni yang dituntut seragam hasilnya akan monoton. Monoton itu membosankan. Hidup yang membosankan pasti bukan hidup yang bermutu. Jadi selama ini kita sudah dididik untuk menjadi sesuatu yang tidak bermutu, hahahaha!

14 Feb 2012

ALLAH Maha Pemurah, Tapi Tidak Murahan

Orang yang sholat itu dimudahkan rezekinya oleh Allah. Entah kalimat Al-Qur'an atau hadits, saya kurang begitu jelas. Yang pasti saya sudah amat sering mendengar bunyi kalimat sejenis. Dan saya memang meyakini kebenarannya. Ketika menjalankan sholat, biasanya memang ada saja rezeki yang diturunkan Allah buat saya. Entah dengan jalan wajar dan biasa, ataupun yang di luar nalar dan tak saya sangka-sangka. Tak perlu menguraikan contohnya satu-satu. Tapi saya memang sering mengalami hal-hal seperti itu.

Ketika kontrak kerja hampir habis, biasanya saya sering sholat dan berharap pertolonganNYA. Dan Alhamdulillah kontrak kerja pun selalu diperpanjang. Ketika  mengalami kesulitan ekonomi, walaupun hanya untuk sekadar punya uang buat beli rokok saya sholat. Biasanya ada saja jalan agar saya bisa merokok. Entah itu karena dikunjungi teman, ataupun dapat pinjaman uang ala kadarnya entah dari siapa. Intinya jika sholat, biasanya rejeki memang saya rasakan begitu dekat.

Saya hapal dan saya manfaatkan betul rumus itu. Maka setiap saya butuh, saya sholat. Dan kebutuhan saya terpenuhi. Selama kebutuhan tercukupi saya lalai. Butuh lagi, saya sholat lagi. Cukup, dan saya lalai lagi dan begitu seterusnya.

Tapi lama-lama saya curiga kenapa Allah mau saja saya perdayai begitu ?

Ada dua kemungkinan. Pertama, karena Allah memang percaya bahwa saya akan segera bertobat dan merubah kelakuan saya? Allah memang Maha Tahu. Tapi saya rasa bukan itu alasannya. Buktinya saya selalu saja memperolok-olokkanNYA lagi. Jadi Allah keliru.

Allah keliru?

Allah Maha Benar, jadi tak mungkin keliru. Jadi yang keliru adalah saya sendiri. Saya terlalu Ge eR. Jangan-jangan kontrak diperpanjang karena saya memang berhak dan wajar mendapatkannya. Maksudnya, Allah sekadar menggerakkan hati manajer, agar tidak melepaskan saya begitu saja. Saya adalah aset yang berharga untuknya dan perusahaan. Jadi yang mendapat berkah itu sebenarnya bukan saya, tapi manejer dan perusahaan. Dan Allah memperalat saya untuk itu. Waah, kalau begitu saya tak mau. Saya tak mau hanya diperalat Allah untuk orang-orang yang dikehendakiNYA. Seperti Allah memperalat Iblis untuk menguji iman anak cucu Adam. Kalau begitu apa bedanya saya sama Iblis?

Jadi kemungkinan kedua. Allah memberi saya rezeki, sama sebagaimana DIA memberi rezeki juga untuk setiap manusia, termasuk orang-orang kafir. Dan itu berarti saya sama saja dengan orang-orang kafir itu? Allah meyetarakan saya dengan orang-orang kafir? Astagfirullahalhadziim! Ampuni hamba yaa, Allah !

Bisa jadi memang Allah tidak menganggap saya sedang mempermainkanNYA. Mungkin Allah tidak menganggap saya sama seperti hamba-hamba istimewaNYA. Mereka yang tetap beribadah meski dalam hidup yang susah. Tetap sholat, meski hidup terasa berat. Allah tidak menganggap saya bisa melewati ujian dariNYA, makanya doa saya dikabulkan selalu. Dan tidak dianggap oleh Allah bagi saya adalah bencana. Bencana itu jauh lebih berat daripada sekedar diuji olehNYA.

Begitu banyak doa yang tidak mendapat jawaban, karena DIA Maha Berkehendak terhadap sesuatunya. Tidak semua doa yang diijabah Allah, meski rajin sholat sekalipun. Allah Maha Adil. Jika semua doa dijawab, enak betul para terpidana yang alim mendadak saat sudah ditahan. Tidak adil bagi yang lain. Berdoa hanya ketika membutuhkan, sembari berharap akan dikabulkan sesungguhnya benar-benar menghina Allah. Allah memang Maha Pemurah, tapi pasti tidak murahan.

Yaa Allah! Masukkanlah hamba ke dalam golongan orang-orang yang Engkau ridhoi, amiiin...!

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...