Halaman

19 Jan 2013

Menipu adalah Profesi Prospektif

Jam 9:40 AM, 12 Juli 2012

Nomornya 0823 4802 3262. Namanya FIRMAN PANGGABEAN. Kami berbicara cukup lama. Sekitar delapan menit. Intinya saya berhak atas hadiah ke-3 acara Pengacakan Poin TELKOMSEL berupa sebuah sepeda motor Yamaha Mio. Tanpa perlu setor apa-apa sebab pajak hadiahpun ditanggung penyelenggara. Dalam hal ini TELKOMSEL yang bekerjasama dengan GlobalTV. Disebutkan juga bahwa acara ini melibatkan Menteri Telekomunikasi dan Informatika (tapi tidak disebutkan nama menterinya). Saya hanya ditanya nama, kota tempat tinggal dan sudah berapa lama nomor SIMPATI ini saya gunakan. Untuk konfirmasi saya hanya disuruh menghubungi pengantar hadiah, Drs. INDRA KUSUMA di nomor 0853 3874 2227.

Orang ini amat profesional dan terdidik. Obrolan kami berlangsung lama lebih disebabkan karena kesabarannya dalam memberikan penjelasan, bukan karena ketidak mengertian saya. Dia hanya ingin memastikan bahwa saya tidak salah menerima informasi, sehingga terkadang saya yang diberi kesempatan mengulang penjelasannya dan ia mengkonfirmasi kebenarannya.

"Kosong-Delapan-Lima-Sekian-Sekian-...."

"Ya, Pak Raul benar!"

Orang ini turut berbahagia atas keberuntungan saya. Ia tak ingin saya salah bertindak yang bisa mengakibatkan keberuntungan itu menguap. Untuk itu saya harus menaruh hormat dan berterimakasih kepadanya.

Dia menghargai intelektual saya. Saya tak mungkin bisa ditipu hanya dengan iming-iming puluhan, ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Dia tahu saya pasti sering mengalami percobaan penipuan seperti itu dan pasti buntu sebatas percobaan, bukan penipuannya. Karena itu kepada saya hanya ditawarkan sebuah motor tanpa perlu repot terhadap segala urusan dan iuran.

Dia juga menghargai kesibukan saya. Saya tak mungkin punya waktu untuk sekadar melayani bualan-bualan via sms. Karena itu dia butuh menelpon saya. Saya juga hanya diminta menunggu sebab hadiahnya tak perlu saya jemput karena akan diantar langsung. Demi menghormati saya, kurir pengantar pun tak boleh sembarang orang. Dia mesti orang berpendidikan dan punya titel, setidaknya seperti Drs Indra Kusuma yang direkomendasikannya tersebut.

Jadi terhadap segala perhatian, penghormatan dan penghargaannya tersebut, orang ini pasti layak saya hormati.

Tapi bagaimanapun terhadap urusan, apalagi urusan dengan orang yang sudah sedemikian rupa menghormati kita (meski penipu sekalipun?) tentu harus segera ditanggapi. Atas penghargaannya terhadap intelektual saya, saya tidak boleh sembrono. Saya tidak boleh salah bertindak karena itu juga akan mengecewakannya. Saya googling untuk segera mengetahui siapa 'orang baik' itu. Dan, ketemu....

Hooo....!

Sekali lagi saya mesti menaruh hormat padanya. Dia benar-benar amat profesional. Setidaknya dia sudah bergelut di bisnis tanpa restu itu sejak 2006 (saya googling via HP yang amat terbatas kemampuannya). Dan kenyataan bahwa sampai saat ini dia masih menekuninya mengabarkan bahwa dia berhasil dalam profesinya itu. Ironis, sebab fakta itu sekaligus mengatakan bahwa menipu adalah profesi dengan prospek yang menjanjikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bukan Lewat Lagu

 Saat Eros mencipta sebuah lagu cinta, tentang Anugerah Terindah. Dan kau pun mulai meminta aku 'tuk mencipta sebuah lagu tentang cinta....