Segala
yang norak pasti tidak wajar, karena keindahan terbentuk dari
kewajaran. Baju warna ini cocoknya dengan kulit yang begini. Motif yang
begitu hanya cocok buat si itu. Jika cocoknya di sini, tapi dipasang ke
sana itulah norak.
Jadi mutu adalah hasil dari kewajaran.
Demikian juga hidup yang bermutu pasti tercipta karena kehidupan yang
wajar. Segala yang wajar itu ternyata segala yang sederhana. Tidak
terlalu begini, tapi juga tidak terlalu begitu. Faktor yang terlalu
itulah yang menciptakan ketidakseimbangan. Ketimpangan terlihat nyata
ketika di depannya komplek perumahan mewah, sementara dibelakang
pagarnya perkampungan kumuh.
Ketika fisik sudah tak kuat,
mestinya yaa…istirahat ! Memaksakan diri berarti bertaruh dengan hidup.
Itulah yang terjadi pada artis-artis pecandu narkoba dengan doping
sebagai dalihnya. Karir cemerlang Van Basten sebagai pesepakbola hancur
karena dipaksakan tetap bermain meski sedang cedera. Tulang yang retak
itu butuh penyembuhan, bukan pemati rasa. Soal sakit memang tak
dirasakan olehnya. Tapi soal tulang retak yang dipaksa sampai
benar-benar patah itulah yang mengakhiri karir cemerlangnya. Akhirnya
Agustus 1995 karena sudah tak kuat, dia pun melambaikan tangannya ke
arah kamera, pada pertandingan testimony antara AC Milan vs Juventus
yang khusus dipersembahkan sebagai salam perpisahannya. Pensiun dini
karena menolak mengikuti kewajaran.
Padahal rumus kewajaran itu
sederhana saja. Jika lapar, yaa makan. Haus, yaa minum. Ngantuk yaa,
tidur. Memiliki tapi karena korupsi itu pasti tidak wajar. Karena jika
ingin beli, yaa beli saja. Tak punya uang yaa, jangan beli! Sederhana
belaka. Tidak keterlaluan. Karena keterlaluan ingin memiliki itulah yang
menjadikannya korupsi.
Artis pesta narkoba? Mendengar sebutan
artis saja sudah terbayang betapa megahnya. Apalagi jika sudah megah
berpesta pula. Hidangannya pun narkoba pula. Narkoba itu diharamkan
agama dan dilarang Negara. Melabrak aturan agama dan Negara sekaligus.
Rame-rame pula. Jadi betapa keterlaluannya. Saya saja (maaf) ‘eek, pipis
atau mandi yang jelas-jelas tak dilarang agama dan undang-undang hanya
berani melakukannya sendiri-sendiri. Itupun sambil sembunyi-sembunyi
(karena saya terlalu takut sama Tuhan kali, ya;)
Apa
sebenarnya yang kita cari dalam hidup? Kekayaan? Betapa banyak
orang-orang kaya yang justru senang bercerita soal kisahnya di kala
masih miskin. Kepuasaan? Kita sendiri sering dengar bahwa manusia itu
adalah makhluk yang tak pernah puas? Kebahagiaan? Betapa sederhana
sebenarnya bahagia itu. Melihat status Facebook Dian, cewek incaran
saya, yang nulis telah putus dari pacarnya saja, saya sudah bahagia
(maaf yaa, Dian! *mudah-mudahan doi ga’ baca, hahaha…!) Jadi sungguh,
bahagia itu mudah dan murah belaka.
Ketidakwajaran mengundang
kecurigaan. Itu sudah hukum alam. Hukum alam terlalu kuat untuk
digertak. Karena dicurigai itulah akhirnya mereka digerebek. Alam
bertindak demi terjaganya harmoni dan keseimbangannya. Ini sama seperti
banjir yang merontokkan kendaraan dan peralatan elektronik mewah
orang-orang berpunya, untuk memberikan panen rejeki bagi para montir,
pebengkel atau tukang-tukang servis peralatan elektronik
Hidup
yang bermutu itulah tujuan kita. Hidup yang bermutu, hidup yang indah.
Karena indah itu harmoni. Sedang harmoni itu tercipta dari kewajaran.
Jadi jika ingin hidup bermutu maka bersikaplah yang wajar. Tidak
neko-neko. Karenanya jika gatal, yaa garuk saja;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar