Masalah itu dihadapi, bukan dihindari. Masalah
itu wataknya unik. Makin dihindari semakin dia mendekat. Ibarat digoda
oleh anjing, ia akan mengejar jika kita lari. Pasti sulit untuk balap
lari dengan anjing, setidaknya karena dia tidak merokok, hahaha… (apa
hubungannya coba ?)
Kenapa mesti lari dari masalah? Tuhan
sendiri menggaransi bahwa DIA takkan pernah menguji diluar kesanggupan
hambaNYA. Saya sendiri sering mengamati betapa ketika sampai pada
puncaknya, masalah itu bahkan selesai dengan sendirinya. Bermacam cara
telah dilakukan oleh atasan saya demi menuntaskan aneka persoalan yang
dialaminya. Akhirnya dengan tampang kusut dan garuk-garuk kepala, aneka
masalah itu malah beres dengan sendirinya.
“Habislah saya bakal kena omelan ini!” katanya ketawa getir sambil garuk-garuk kepala.
Betapa sederhana penyelesaian masalahnya. Cukup dengan diomeli, maka selesai.
Saya pernah dikejar deadline. Mati-matian pula saya
memburunya. Sampai kemudian saya malah ketiduran karena kelelahan.
Selesaikah tugas saya? Tidak, karena saya malah memilih tidur ketimbang
meneruskan, memaksa bekerja diluar kemampuan saya. Ajaibnya, itulah
salah satu tidur saya yang benar-benar berkualitas. Begitu nyenyak.
Istirahat sebenarnya. Kenapa? Karena saya sama sekali tak lagi
memikirkan soal tugas-tugas saya.
“Mau dimarah kek, dipecat kek , peduli amat!” Dan saya pun tidur dengan sukses.
Saya memang
tidak dipecat. Tapi kalaupun dipecat, toh saya juga tidak rugi. Gaji kan
tetap dibayar. Dimarah? Yaa, wajar donk! Namanya juga bawahan. Kan
memang begitu seharusnya. Salah, yaa dimarah! Sederhana, kan? Ini serupa
dengan lapar maka makan, ngantuk maka tidur.
Tak ada yang
benar-benar rumit sebenarnya. Jika yang paling menyebalkan itu gatal,
maka yang paling mengasyikkan itu menggaruk. Masalah paling menyebalkan
ternyata malah butuh penyelesaian dengan cara paling mengasyikkan.
Gatal dan garuk. Benar-benar asyik. Tak perlu buang tenaga, waktu dan
biaya.
Jadi, selamat menggaruk;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar