Hidup ini cuma soal sudut pandang. Baiknya, sudut pandang
itu bisa digeser, sesuka hati kita pula. Boleh saja marah-marah terhadap
tetangga yang mobilnya diparkir sedemikian rupa hingga sedikit menganggu bagi
calon-calon tamumu yang juga punya mobil dan butuh diparkir. Apalagi jika itu
adalah di depan tempat usahamu. Pasti kamu butuh ruang buat para tamu dan
pelangganmu, bukan?
Hal begitulah yang juga menimpa saya. Saya bertetangga
dengan bengkel mobil yang sama sekali hampir tak punya ruang untuk meladeni
semua mobil-mobil yang diservisnya itu. Celakanya, bengkel ini pasiennya banyak
sekali. Akibatnya, bukan saja halaman saya, tapi juga milik tetangga-tetangga
yang lain ikut terjajah.
Sebagai sesama pengusaha tentu saja saya ikut terganggu.
Saya punya banyak alasan yang sah untuk keberatan terhadap tetangga saya itu.
Tapi dengan menggeser sudut pandang, saya bisa bersikap beda.
Ini bukan persoalan yang perlu dibesar-besarkan. Ini
romantika hidup bertetangga saja. Hidup bukan cuma soal saling menolong, tapi
juga saling merepotkan. Dengan restu untuk memarkirkan mobil dia tentu bisa
jadi tetangga yang baik. Setidaknya jika ditinggal, dia akan ikut menjaganya
tempat usaha saya,
Selain itu, para pelanggannya pun potensial jadi pelanggan
saya. Dia pasti akan selalu promo usaha saya pada para pelanggannya. Bukan
promosi asal-asalan, karena dampaknya bisa besar sekali. Kamu tahu, kan? Para
pelanggannya adalah para pemilik mobil.
Selainnya lagi, jika butuh, saya juga bisa pinjam berbagai
peralatan bengkelnya tanpa repot akan dicurigai sebagai peminjam yang tak
bertanggungjawab. Selebihnya tentu soal romantisme saya dengan Tuhan. Janji
pahala dari Tuhan jika berbaik-baik dengan tetangga, tentu tidak sekadar janji
kosong, bukan?
*Selamat Siang…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar