Halaman

18 Agu 2013

Napoleon Jomblo Part 2

Saya akan tetapi janji saya di post sebelumnya. Saya sangat ingin Sentot juga diangkat sebagai Pahlawan Nasional karena beberapa sebab. Pertama, tentu saja karena saya meng-idolainya, hehehe..! Subjektif memang, tapi kenapa saya mengidolainya itu pula yang menyebabkan betapa Sentot Alibasya adalah SANGAT LAYAK mendapatkan anugrah itu.

Ini perang terbesar, sudah saya jelaskan sebelumnya. Mustahil cuma satu orang yang kita anggap sebagai Pahlawan dalam Perang sebesar itu. Peran Sentot Alibasya disini bahkan teramat vital. Prestasinya sebagai Panglima Perang sungguh tak remeh. Dalam pertempuran di Dekso misalnya, Sentot Alibasyah menewaskan hampir semua pasukan anggota pasukan Belanda. Di Kroya 1828, Sentot berhasil merampas 400 pucuk senapan dan meriam beserta mesiunya dan menawan beratus-ratus orang Belanda. Sebelumnya, pada Oktober 1826, pasukan Sentot Alibasyah tinggal selangkah merebut kraton Surakarta, meski akhirnya diminta mundur.

“Tujuan perang”, kata Diponegoro, “adalah melawan Belanda dan bukan bertempur sesama warga”. Tentara Mesir mestinya dengar kata-kata ini yaa…;)

Gila, ini semua dilakukan oleh bocah yang baru berumur menjelang 17 tahun. Di usianya yang segitu dia mampu menjadi panglima perang dengan anak buah mencapai 1000 orang. Lah, di umur yang sama menjadi ketua kelas saja, saya dipecat, hahaha…;)

Dia adalah panglima Diponegoro terakhir yang sanggup ditaklukkan Belanda dengan cara yang sangat licik. Setahun sebelumnya, Kyai Maja sudah menyerah. Menyusul kemudian Mangkubumi. Sentot bersedia berdamai karena terlalu percaya pada kakaknya Bupati Madiun yang sudah termakan iming-iming Belanda. Sentot menyerahpun secara gagah. Bahkan jika boleh jujur dan sama sekali tak mengurangi rasa hormat dan kagum saya terhadap Pangeran Diponegoro, Belanda sebenarnya lebih takut terhadap Sentot Alibasya ketimbang Pangeran Diponegoro. Saat menyerah, semua permintaan Sentot dikabulkan oleh Belanda. Sebaliknya, tak satupun permintaan Pangeran Diponegoro yang dipenuhi oleh Belanda.

Setelah menyerah dan ditangkap pun dia tak jera ‘mengerjain’ Belanda. Usai Perang Diponegoro, Belanda kembali ke Sumatera Barat untuk melanjutkan Perang Paderi, dan Sentot bersama pasukannya ditugaskan untuk membantu pasukan Belanda. Di sinilah salah satu alasan juga kenapa Sentot layak dinobatkan sebgai Pahlawan Nasional.

Kenapa? Lanjut post berikutnya lagi, yaaa…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...