Halaman

10 Sep 2013

Garuklah di Tempat yang Gatal!

“Aksi anarkis soal penyelenggaraan Miss World malah makin menegaskan bahwa Islam memang agama yang keras dan teroris”, begitu kurang lebih kicau adik saya di Twitter.

Pernyataan itu saya sepakati sekaligus saya koreksi. Saya sepakat bahwa akibat dari aksi anarkis itu mungkin saja bisa benar. Tapi jika karena itu mereka menganggap Islam adalah agama yang keras, apalagi dianggap teroris saya juga sepakat sekaligus menolak. Sepakat, karena Islam memang agama yang keras. Menolak, karena Islam cuma keras terhadap para pemeluknya, bukan kepada yang lain. Inilah yang mesti kita koreksi.

Islam keras terhadap pemeluknya, karena soal mata saja kita sudah diperintahkan untuk menjaga pandangannya. Pandangan mata bisa berakibat zina, dan mereka yang berzina diperintahkan oleh Allah untuk dirajam. Kepada umat Islam, Allah memerintahkan untuk mentaati segala perintahNYA. Bila perlu dengan ancaman neraka, lengkap dengan segala gambaran horror yang terdapat di dalamnya.

Islam memang memerintahkan untuk memberangus kemusyrikan. Tapi itu tegas ditujukan pada orang yang musyrik, bukan pada orang lain. Islam malah memerintahkan untuk berbaik-baik terhadap tetangga, siapapun itu orangnya. Islam tak pernah keras terhadap pemeluk agama yang lain. Itulah kenapa pada awal mulanya, agama Islam disyiarkan secara sembunyi-sembunyi. Bukan karena umat Islam penakut, karena soal keberanian Islam adalah jagonya. Prajurit Islam tak pernah kalah nyali terhadap jumlah pasukan dan senjata lawan di segala medan pertempuran.

”Untukmu agama, untukku agamaku”, kata Al-Quran.

Jadi, ribut-ribut soal penyelenggaraan Miss World itu sama sekali tak perlu. Yang menyelenggarakan Miss World kan bukan orang Islam. Pesertanya pun juga bukan orang Islam. Soal bahwa yang nonton atau menikmati acaranya juga terdapat orang Islam itu soal lain. Itu adalah urusan orang itu masing-masing. Sama halnya, ribut soal warung , tempat hiburan atau rumah makan yang tetap buka di bulan Ramadhan. Berpuasa hanya diperintahkan bagi orang yang beriman. Soal orang lain puasa atau tidak, apa urusannya sama kita. Berarti mereka bukan orang yang beriman. Lagipula, warung, retoran atau tempat hiburan itu buka kan bukan bagi orang yang berpuasa? Jadi di mana masalahnya?

Islam malah memerintahkan kita untuk memuliakan tamu, baik yang tidak diundang, apalagi terhadap yang diundang.  Memuliakannya, bukan sekadar menghormatinya. Berikan suguhan terbaik yang kau bisa. Nah, peserta Miss World itu kan tamu kita. Dan mereka diundang pula. Apalagi mereka tamu yang tahu diri. Mereka tahu tuan rumah tak suka tamunya pakai bikini, dan mereka patuh terhadapnya. Kita yang tuan rumah justru mestinya yang introspeksi. Mereka kita paksa memakai pakaian kita. Sudah begitu mesti telanjang kaki pula. Hebatnya, sudah disuruh begitu rupa, mereka tetap tersenyum, meski entah rela atau malah terpaksa. Apakah kita sudah memuliakan mereka? Kan mereka tamu kita?

“Mereka bukan tamuku”, begitu mungkin kata mereka yang protes.

Nah, jika mereka bukan tamumu, kenapa pula kau yang sibuk? Menggaruk itu di tempat yang gatal. Jika ingin, garuk donk, gatal sendiri! Hallah, kumat lagi gatal garuknya, hehehe…J

*Selamat Malam

3 komentar:

  1. ane tetep gk setuju ama MW karena gk sesuai ama budaya bangsa kita dan tidak sesuai syariat islam karena pamer aurat

    BalasHapus
  2. Tulisan ini sebenarnya bukan soal boleh tidaknya MW di Indonesia. Jika Cak jeli, ini cuma soal efek aksi anarkis dalam menyikapi MW. Saya juga termasuk pihak yg menolak, kok, hehehe...!

    BalasHapus

Bukan Lewat Lagu

 Saat Eros mencipta sebuah lagu cinta, tentang Anugerah Terindah. Dan kau pun mulai meminta aku 'tuk mencipta sebuah lagu tentang cinta....