Halaman

21 Okt 2013

Cuek yang Ribut

Posting Ke-18

Secara umum Batam adalah daerah cuek. Maksudnya setiap pribadi hanya sibuk dengan urusan diri sendiri. Tak usah heran jika antar tetangga pun banyak yg sekedar tau rupa tapi buta akan nama. Ada kecelakaan di jalan raya misalnya, cuma sekadar menghasilkan kerumunan yang miskin aksi kepedulian. Juga tak perlu risau, misalnya ada pasangan ilegal yang tinggal di atap dan bahkan kamar yang sama. Di Batam, semua mahasiswa sibuk dengan kuliahnya. Karyawan pun begitu pula, sibuk dengan pekerjaannya saja. Semua sibuk menggaruk gatalnya sendiri.

Kedudukannya sebagai daerah perantauanlah yang menjadikannya serupa itu. Dengan hitungan upah yang tergolong rendah, antar sesama pun tak banyak waktu untuk saling berziarah. Masing-masing bergulat di zona nyamannya. Tak ada kesempatan untuk perduli pada yang bukan urusannya. Yang puasa boleh tetap puasa dan yang tidak pun tak perlu sungkan untuk tidak berpuasa. Tak ada istilah jaga imej di Batam, sebab terhadap imej pun bahkan semuanya cuek.

Karena semua cuma soal pribadi, mestinya setiap persoalan adalah juga soal pribadi. Jadi jikapun ada soal pertikaian, mestinya itu juga cuma pertikaian personal. Tak besar akibatnya sebab kecil saja cakupannya. Mudah saja mengatasinya, sebab sedikit saja pelakunya.

Tapi di luar yang umum tentu ada yang khusus. Untuk soal yang bersifat khusus tentu saja butuh perhatian yang khusus pula. Tak kurang dari 33 lokasi di Batam yang masih tercatat sebagai kampong tua. Terhadap yang tua selain perhatian yang khusus mestinya juga mengurusnya secara serius. Mengabaikan, apalagi menganggap yang tua sebagai ‘tidak ada’ atau remeh saja, itulah yang dinamakan durhaka.

Karakter tua adalah lemah dan tak berdaya. Inilah pihak yang rentan dipandang sebelah mata dan mudah diperdaya. Itulah juga yang dialami belakangan ini oleh warga Tanjung Uma.

Karena kedudukannya yang lemah dan tak berdaya itulah mereka mudah diperdaya. Aneka kepentingan berebut menguasainya. Entah disadari atau tidak, milik mereka ternyata telah dipreteli. Yang itu ternyata sudah dijual. Yang ini ternyata sudah ada yang beli. Eee yang di sana pun rupanya sudah ada pemiliknya pula.

Tapi ada yang pemerintah lupa. Bahwa sebagai kampung, mereka masih merawat kehidupan bersosial. Sesama tetangga masih saling tegur sapa, tidak sekadar senyum saja. Yang sakit masih ada yang besuk. Yang ini butuh ke rumah sakit, yang punya mobil saling balap menawarkan bantuan. Masih ada jadwal gotong royong. Masih banyak yang saling titip belanjaan ke pasar. Apa-apa masih bisa saling ngutang.

Anak si ini kenal bahwa yang itu namanya Ante Bebel, hahaha…! Bahwa dia dulu sekolahnya di situ dan sekarang kerja di sana. Malam-malam dia kuliah di sana. Waktu kecil dia dulu suka begini, ehh setelah besar sekarang kok jadinya begitu? Hahaha… :D

Nah, kalo yang punya bengkel itu orangnya suka mabuk. Sudah begitu mabuknya rusuh pula. Kalau aku Ketua RT, sudah kuusir dia dari kampung ini. Bikin malu Tanjung Uma saja. Eee tapi Bapaknya kawan main domino aku pula, hahaha…!

Tak mudah berhadapan dengan kekuatan social seperti ini. Sebagai orangtua mereka lebih berpengalaman mengatasi aneka persoalan. Terlebih lagi mereka juga solid soal kekompakan sebab mereka bersama sudah dalam waktu yang lama. Sakit yang satu adalah derita bagi yang lainnya. Menyakiti mereka berarti mengundang penyakit buat diri sendiri. Terbukti, Polda Kepri saja sampai minta bantuan ke Polda Jambi untuk mengatasinya.

Sebenarnya tak sulit mengurai persoalan ini. Terlihat rumit, karena memang melibatkan banyak orang. Tapi pada intinya ini cuma persoalan antara 2 pihak yang bersengketa, yakni pihak masyarakat dan pihak developer. Nah, karena yang protes masyarakat, berarti PASTI ada permasalahan dengan developernya, bukan? Nah developer kan sudah bilang bahwa mereka sudah dapat ijin dari BP Batam (dulunya Otorita Batam). Nah berarti yang bermasalah BP Batam, kan? Nah soal lahan di Batam urusan siapa? BP Batam, kan? Berarti sebenarnya ini urusannya AMAT RUWET, sebab yang mesti menyelesaikan permasalahan adalah pihak yang justru bermasalah itu sendiri, hahaha… :D

*Selamat Malam…!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...