Satu yang paling ingin dirubah dari prilaku saya adalah
sombong. Soal sombong ini saya jagonya. Saya adalah orang yang paling ini dan
paling itu. Semuanya berpusat pada pribadi saya sendiri, dan tadi saya kena
batunya.
Brieffing mendadak berselang sejam setelah briefing pagi.
Semua karyawan (di section kami saja) dikumpulkan gegara saya. Saya yang sok
bossy, sok hebat dan aneka sok lainnya.
”Suruh saja, tak usah pake ngotot”, begitu kata anak-anak baru.
”Bukannya diajari, malah saya dijatuhkan”, kata yang lainnya dengan isak tertahan. Jujur, ga tega saya melihatnya.
“Masalah di luar jangan dibawa-bawa ke tempat kerja”, kata
atasan saya.
“Tak usah gontok-gontokan. Kita semua ini sama-sama makan
gaji”, kata teman yang lain.
“Jangan merasa yang paling hebat. Tidak jengkol saja yang
bau, petai juga. Dan masih banyak yang lebih bau dari keduanya”, kata
supervisor.
“Iyyya. Saya minta maaf. Saya salah!”, itu saja komentar
saya.
Suasana lagi panas. Saya tak ingin memperkeruhnya.
Permasalahannya, tak semua bisa berbesar hati terima permintaan maaf saya.
Okeh, sip, tak apa-apa. Saya mengalah saja. Makanya itu saya pilih pulang, agar
tak menganggu suasana kerja.
Eee tapi saya juga berhak donk, membela diri. Terpidana saja
butuh dibela hak-haknya. Jadi sori, di sini saja yaa…!
*Allamaaak, curhat rupanya… :D
Soal bercanda saya memang keterlaluan. Tapi candaan saya itu
kan cerdas.
Saya belagak boss itu kan
mestinya dilihat pake logika. Tahu kan ,
bahwa saya bukan Boss? Jadi kalau sudah tahu, kenapa dianggap serius. Mestinya
tahu donk, kalau saya lagi becanda?
“Hey kau, siapa nama kau?” begitulah salah satu gaya saya dalam
menciptakan kegembiraan di tempat kerja. Tidak terhadap anak baru saja, bahkan
terhadap banyak senior lainnya pun galau jika saya sudah sok ‘bossy’ begitu.
“Hey anak baru, kau bilang ya sama Supervisor saya masuknya
siang nanti. ‘Hallo Selebriti’ lagi seru ini”, begitu bunyi sms saya kepada
karyawan baru agar disampaikan pada atasan untuk dimintakan ijin terlambat.
“Ehh, jangan mentang-mentang abangmu supervisor kau menolak
disuruh-suruh ya! Coba dulu, buat kopi!, hahaha…!”
“Kau tu anak STM. Anak teknik! Masa begitu saja tak bisa?
Think smart, donk!. Heran, sekian lama bergaul tak nular-nular juga kepintaran
saya”, bakalan galau deh kalau saya sudah ngomong begituan.
“Hey, lancang sekali kau! Pikir2 dulu siapa yang kau ajak
main catur!”
“Duit gopek aja ribut. Cemana mo ngajak kalian ngomongin
soal bisnis, obligasi, bursa saham, atau investasi yaa…?”
“Ngitung begitu aja pake kalkulator. Pake otak donk! Ini
rumus kan
bisa diringkas. Itulah, kalau jadi orang text book. Think out of the box! Garuk
juga yang tidak gatal. Jangan cuma tengok rumusnya, tapi pelajari juga maksudnya.
Itu rumus dibuat begitu, agar mudah dipahami. Apanya yang paham, kalau itu saja
kalian masih begitu?”
”Iyya,Bang! Saya ngerti. Saya memang bodoh. Memang abang yang paling hebat di
sini!”, akunya.
”Yaah, jangan ngiri donk, kalau situ ga’ hebat”, jawab saya, hahaha…!
Galau ga’ kalau ada orang yang ngomongnya begitu terhadapmu?
Pedih dan menyakitkan memang, tapi begitulah pula mestinya pelajaran. Tujuan
saya begitu kan
biar ilmunya lengket. Tak mudah lupa karena untuk mendapatkannya butuh proses
yang menyakitkan hati. Tak mudah lho, melupakan sakit hati. Demi cintanya
kepada Ayya Azzahra, si Azzam butuh 4x melamar karena terlalu sulit buat Ayya
melupakan sakit hati yang telah dipendamnya sejak kelas 6 SD cuma gegara pernah
dikatain ‘GOBLOK!”. Itulah, makanya sinetron itu Para Pencari Tuhan, bukan
Monyet Cantik 2, hahaha…! FYI, saya punya lho file-nya dari tahun pertama
sampai tahun ke-6. Mauuu…?
Saya bukan guru. Yang guru itu Dian, hahaha…! Tapi bisa kok
belajar dari saya. Dan kalian pasti tau bahwa saya bukan pelit ilmu, termasuk
buat kalian anak-anak baru. Tak ada dalam kamus saya takut bersaing. Saya sudah
akrab dengan kompetisi.
Marah karena diperlakukan tidak adil itu sah. Sabar terhadap
perlakuan yang tidak adil juga boleh. Dianjurkan malah. Tapi tersinggung gegara
kalah argument itu BODOH. Dan saya tak bangga berteman dengan kebodohan.
*Makin kacau ya, postingannya? Malah jadi curhat? Eee tapi kan
sudah bilang kemaren, saya sudah kehabisan ide, hahaha…:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar