Halaman

28 Okt 2013

Pemuda Hallo Selebriti Part 2

Posting Ke-21

Lanjutan post sebelumnya…

Untuk kembali jadi tontonan begitu sungguh suatu perjuangan yang tak mudah. Untuk mendapatkannya (lagi) dia mesti mengabaikan rasa malunya. Dan untuk soal ini dia sungguh hebat. Mengabaikan rasa malu itu sungguh bukan soal yang sederhana. Meski tak dihitung sebagai dosa, ketahuan kentut saja saya sudah tak berani unjuk muka. Tapi memang dihadapan lapar, rasa malu memang bisa kalah wibawa. Dan soal inilah yang kita belajar darinya. Itu tuntunan yang berbahaya.

Kembalinya ke dunia hiburan sungguh mengajarkan ketegaran dan kesabaran yang salah kaprah. Ketegarannya mengajarkan bahwa seluruh persoalan hidup bisa dihadapi jika bersedia mengabaikan gengsi dan rasa malu. Darinya kita belajar bahwa seluruh kemalangan hidup adalah ujian dari Tuhan. Padahal kemalangan tidak melulu karena ujian Tuhan. Ada kemalangan karena hukuman. Ada bencana sebagai teguran, dan ada juga musibah sebagai ujian.

Itu sungguh melecehkan kehendak Tuhan. Kemalangannya yang dia dapat adalah akibat kelakuannya sendiri. Tuhan hanya menguji hambaNYA yang memang layak uji. Apakah dia termasuk hambaNYA yang layak uji? Kebangkrutan yang dialami Amerika pastilah bukan karena ujian dari Tuhan, bukan?

Defenisi kemalangan menjadi kabur. Sebab itulah kenapa ada banyak kasus perkosaan yang dilakukan atas nama suka sama suka. Jika peristiwanya terjadi di hotel, mestinya itu bukanlah suatu perkosaan. Apalagi jika kejadiannya di kamar kost-kost an.

Banyak pernikahan yang terjadi karena sang dara keburu berisi. Ada yang nikahnya diam-diam. Ada juga istilah kawin lari. Nikah diam-diam saja sudah tak tepat, sebab demi jauh dari fitnah agama mengajarkan untuk mengabarkannya. Apalagi kawin sambil berlari, bukan main repotnya pasti. Restu itu mestinya diminta, bukannya dijauhi, bukan?

Eetapi ada juga yang gembira karena pernikahan buru-buru tersebut. Pesta tetap digelar meriah. Mestinya ini adalah perayaan atas dosa zina mereka, dan anehnya semua tamu malah menyelamatinya, hahaha…!

Banyak pemuda-pemudi yang pamer ‘zina’ tanpa malu-malu. Jika di jaman Nabi Musa as hari Sabtu adalah hari special buat Tuhan, maka bagi generasi ‘Hallo Selebriti’, Sabtu hari khusus buat pasangan. Ringkasnya: pelajaran apa yang kita dapat sebagai pemuda dari tayangan minus yang tercermin dari para artis tersebut?

Mereka mengajarkan bahwa malu itu tak perlu. Mereka memang ahlinya soal itu. Karena malu bagi para penampil adalah soal yang tabu. Karenanya, meski sudah memalukan begitu rupa, tetap saja PeDe lagi di depan kamera. Jadi ini adalah pelajaran yang salah kaprah soal rasa malu.

Kalaupun misalnya tetap ingin jadi artis, mestinya tampillah beda dari sebelumnya. Sebagai penyanyi, bikin kek album reliji, misalnya! Atau sebagai wanita ganti tampilan dengan berjilbab, misalnya? Itu yang mesti dilakukan jika ingin tunjukkan diri menyesal, tobat dan sama sekali tak punya niat untuk berbuat konyol apalagi tolol seperti sebelumnya. Tapi dasar lacur, mengupdate rokok dan pembalut lebih penting di atas segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...