Halaman

9 Feb 2014

Rekreasi Galau

Tulisan ini saya tulis karena sedang galau berat. Saya tak ingin menyalahkan siapapun. Saya coba berkaca, untuk melihat bulu hidung sendiri. Saya baca lagi semua postingan blog ini, berurut mulai dari awal. Dan saya kaget sendiri, bahwa saya seperti sedang membaca sebuah buku yang aneh, setidaknya bagi saya sendiri. Dibilang autobiographi keliru, sebab terlalu banyak ngarangnya. Dibilang semacam kumpulan kolom budaya? Waah, terlalu jauh! Tulisan saya terlalu pendek dan tanpa pemahaman yang berimbang. Lagipula saya menulis lebih menggunakan perasaan ketimbang logika. Tapi menariknya, saya seperti sedang melihat lagi hidup saya sebelumnya utuh, setidaknya sejak saya menulis postingan pertama.

Saya seperti sedang membaca novel yang saking kelewat panjangnya mesti disunat di sana-sini. Dan karena saya bukan novelis, maka jadilah Rekreasi Hati ini sebagai novel yang aneh, putus di sana-sini, wkwkwk…! Tapi baiknya, ini malah menantang saya untuk bikin novel sungguhan. Akhirnya saya coba juga untuk menulis skrip novelnya. Kisah seorang penulis (blog), sebut saja Mr. Fun yang selalu diremehkan, bahkan dilecehkan oleh atasannya. Dia jatuh cinta pada seorang anak sekolah yang sedang PKL di tempat kerjanya itu. Suatu hubungan yang aneh, kala seorang Mr.Fun jatuh cinta pada bocah yang oleh teman-temannya dijuluki si Ratu Galau. (Bisa gawat ini, kalau orangnya baca, wkwkwk…!) Makin aneh lagi, saat si Mr.Fun mengombal sembari menggigil, si Ratu Galau malah enteng saja menanggapinya, mantap dan sembari tertawa-tawa. Tapi inti cerita sebenarnya adalah soal hubungan antara pekerja dengan atasannya. Dan karena saya tulis berdasar imajinasi yang sedang galau, jadilah kira-kira endingnya, seperti berikut ini. Menggunakan gaya cerita dari sudut pandang orang ketiga.

Eng…ing…enggggg….! TM2000 mode on J

Dengan tenang dihampirinya sang manejer. Tapi itulah jenis tenang yang berbahaya. Ada banyak jenis bahaya. Tapi bahaya yang tak didugalah bahaya yang paling berbahaya. Tanpa ada yang menduga tiba-tiba menyemburlah ludah dari mulutnya, tepat di muka si Boss yang sama sekali tak menduga pula.

Selesai?

Keramaian istirahat siang tersebut sontak terhenti, sunyi. Tenang, tapi tegang. Dan belum ada yang sempat bertanya-tanya, semua sudah disuguhi pertunjukan selanjutnya. Adegan yang aneh, tapi masih sama seperti sebelumnya, tak terduga. Dalam hitungan detik tangan sang Boss ditarik dan disalaminya,

“Saya minta maaf, terutama soal ludah barusan. Dan sebagai bukti bahwa ini permohonan maaf berasal dari kebesaran hati, saya punya hadiah buat Bapak, harap diterima. Ini adalah buku karangan saya sendiri. Saya tulis, cetak, terbitkan dan akan saya jual sendiri. Bapaklah orang pertama yang mendapatkan buku saya. Saya minta do’anya supaya semua sesuai rencana, dan buku saya laris, aamiin…! Permisi! Sampai jumpa di tempat lain lagi. Assalamualaikum!”

Suasana masih sama, tenang. Tapi ketegangannya meningkat. Semua yang melihat masih menduga adegan apalagi yang akan terjadi berikutnya. Tapi pertunjukan telah selesai. Dia berbalik, bersiap mau pulang. Hatinya puas sekarang. Gatalnya sudah digaruk. Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Ludah itu telah menjabarkan semuanya. 

*Btw, ini kalau dijadikan ending suatu novel sungguhan berjudul Gatal Garuk keren ga’ yak, wkwkwkwk….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bukan Lewat Lagu

 Saat Eros mencipta sebuah lagu cinta, tentang Anugerah Terindah. Dan kau pun mulai meminta aku 'tuk mencipta sebuah lagu tentang cinta....