Halaman

5 Mar 2014

Allah Memang Paling Bisa, Deh!

Mengeluh hanya akan menghasilkan manusia cengeng yang rakus perhatian. Lanjutkanlah bersikap cengeng, dan itulah yang membuat kita akan melulu tertinggal jauh di belakang. Sementara yang lain telah bergerak maju dengan modal rasa syukur dan optimisnya, kita masih di sini-sini saja, menunggu dengan menawarkan iba dan berharap ada yang tergerak hatinya. Padahal di era sibuk sekarang ini tak banyak waktu yang tersedia untuk saling memperhatikan. Bertegur sapa dan bertukar salam terhadap sesama saja sekarang cuma sempat kita lakukan via klakson. Untuk bertemu tuan rumah saja kadang kita mesti saling bertukar salam dulu dengan (maaf), anjing.

“Tok…tok…tok… Assalamualaikum”, saya berteriak dari luar pagarnya.

“Guuk…guuk…guuk…!”, jawabnya.

Dalam table prioritas redaksi manapun, perhatian terhadap yang lain di urutan terbawahlah kedudukannya. Korban bencana Sinabung saja butuh mengalah, sebab Presiden mesti mengkonsolidasi partainya yang sedang morat-marit terlebih dahulu.

Bahaya bagi pihak yang melulu di belakang adalah selalu cemburu terhadap yang di depan. Dari rasa cemburu itu beranak pinak melahirkan rasa dengki, iri hati, bergunjing, tebar fitnah dan aneka penyakit hati lainnya. Sementara pihak yang didengki, diirikan, digunjing dan difitnah terus melaju menjauh, maju di depan.

Melihat masalah sebagai derita, itulah yang menghasilkan manusia-manusia galau yang suka mengeluh. Allah memerintahkan manusia untuk selalu berbaik sangka terhadapNYA. Lihatlah masalah itu sebagai tantangan dan ujian hidup yang diberikanNYA kepada kita. Prasangka yang baik terhadap Allah inilah yang akan menghadirkan rasa syukur dan optimis sebagai modal untuk terus melangkah maju.

Masalah takkan pernah hilang dari kehidupan kita, sebab begitulah memang takdirnya. Selesai satu akan datang lagi lainnya. Di sini sikap dan prasangka kita terhadap Allah amat menentukan langkah kita ke depannya lagi. Jika dianggap sebagai tantangan dan ujian, maka kita akan siap menghadapinya. Makin sering kita diberi ujian, berarti makin sering pula kita lulus. Makin sering lulus berarti kualitas kita meningkat, sebab laiknya ujian, makin lama akan semakin berat.

Saya berprasangka yang baik terhadap Allah, bahwa semua ujian yang diberikannya itu akan meningkatkan kualitas saya. Karena itulah, Allah selalu memberikan saya soal-soal untuk saya bereskan.

Ada-ada saja memang cara Allah untuk menguji (kesabaran) hambaNYA. DIA ‘mengutus’ seorang alumnus salah satu SMK terkenal di Padang kepada saya untuk dicarikan pekerjaan. Seorang anak muda yang antusias dan sangat ingin tahu. Saya sering ditanyai macam-macam, misalnya;

“Bang Microsoft Word itu apaan sih?”

Atau,

“Bang, cara ngidupin musik gimana, ya?”

Allah memang paling bisa, deh… (:

*Yaa, tapi jangan gitu-gitu kali juga donk, Allah…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...