Halaman

20 Mei 2014

Surat Untuk Ulama

Apapun pilihan politik Partai Demokrat, ketika Golkar putuskan bergabung ke poros Gerindra maka sudah dipastikan bahwa Calon Presiden Indonesia hanya 2 orang, Jokowi dan Prabowo. Siapa yang terbaik dari keduanya? Tak ada, malah Maha Buruk. Mari kita lihat satu-persatu. Tak perlu dari berbagai aspek. Cukup dari sisi yang paling pentingnya saja, AGAMA. Keduanya muslim, tapi…

Jokowi, benarkah muslim? Jujur saja, saat PKS tak mau gabung usung Jokowi di Pilkada Jakarta lalu saya mulai bertanya-tanya. Ada apa dengan Jokowi. Kenapa PKS tak mau usung Jokowi yang juga muslim, dan malah paksakan Hidayat Nurwahid yang sudah kehilangan momentum. Ternyata jawabannya, Jokowi tak mampu menjawab sama sekali pertanyaan-pertanyaan sepele tentang Islam yang diajukan PKS, seperti makna Ramadhan, konsep kepemimpinan dalam Islam, siapa khalifah yang jadi rule mode-nya jika terpilih jadi Gubernur, Apa arti al-amin, julukan Nabi Muhammada, dan lain sebagainya.

Makin lama makin terbukti ngawurnya Jokowi. Wudhu’, setelah cuci muka, langsung ke kaki. Makin parah, jadi imam sholat Dzuhur bacaan al-fatihah nya dijahar/dikeraskan, ckckck…! Maka tak heran, Jokowi adalah musuh yang mungkin satu-satunya konsisten sejak awal diserang PKS di media social seperti Twitter. Pokoknya asal bukan Jokowi.

Prabowo pun tak kalah ngawurnya. Diminta jadi imam nolak, dan malah menyuruh perempuan yang jadi imam. Mengkampanyekan dan ajak rakyatnya untuk menipu. Ambil uangnya, tapi tetap pilih Gerindra. Di keluarga gagal, jadi tentara dipecat. Terus-terang saya ogah milihnya.

2 calon yang Insya Allah akan jadi pemimpin Indonesia. Apa tanggapan MUI, ulama-ulama Islam Indonesia? Mestinya mereka segera bersuara? Indonesia akan dipimpin oleh orang-orang yang tak bisa jadi imam. Yang bahkan tentang sholat saja tak paham?

MUI dan ulama-ulama jangan cuma sibuk bicara soal-soal program TV yang tak mendidik. Media mainstream terlalu besar untuk dilawan. Hampir semua pemiliknya adalah Yahudi-yahudi dengan duit yang anlimitit. Bukan rahasia lagi jika mereka selalu berusaha memperdaya dan merusak Islam. Al-Qur’an sendiri telah membicarakan itu jauh sebelumnya. Umat Islamlah yang mesti diingatkan, bukan mereka yang perlu dipersoalkan. Itu sudah kodratnya.

Jangan cuma bicara bahwa rokok dan ceramah yang berpotensi memacetkan itu haram. Jangan cuma berfatwa soal Facebook dan social media lainnya. Dari situlah justru kita bisa dapat informasi dari sudut pandang yang lain. Memang lebih subjektif, tapi tentu saja lebih mudah menganalisanya.

Lebih baik ikut berjuang di dalamnya, bukan malah mempersoalkan halal haramnya. Banyak teman saya yang tiap waktu ‘adzan’ di Facebook. Banyak muslim dan muslimat remaja yang berdebat memperjuangkan agamanya di Twitter. Banyak diantara mereka yang masih labil. Terkadang juga mentok perkara dalil. Mereka butuh dukungan ulama seperti kalian, kan?

Ulama mestinya bersatu. Propaganda umat agar jangan pilih pemimpin yang tak bisa jadi imam. TV dan media mainstream tak kooperatif, provokasi di media social. PDIP sendiri telah mengakui bahwa suara mereka hancur di Pileg kemaren karena Twitter. Obama juga sukses jadi Presiden Amerika karena dukungan media social.

Jika scenario sesuai yang saya bayangkan, Golput akan besar. Desak Pemerintah untuk keluarkan PERPPU soal Golput Threshold, bahwa jika angka Golput mencapai sekian % Pilpres batal.

Umat Islam dalam bahaya. Indonesia adalah Islam yang paling diharapkan dunia. Islam Indonesia yang terbesar. Apa jadinya jika Indonesia dipimpin oleh yang tak mengerti Islam. Jokowi terpilih, Indonesia akan dipimpin Islam jadi-jadian + Ibukotanya, Jakarta akan diimami oleh Ahok. Relakah kalian dipimpin oleh mereka…..? Sudikah kalian jadi makmum mereka….?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...