Apapun pilihan politik Partai Demokrat, ketika Golkar
putuskan bergabung ke poros Gerindra maka sudah dipastikan bahwa Calon Presiden
Indonesia
hanya 2 orang, Jokowi dan Prabowo. Siapa yang terbaik dari keduanya? Tak ada,
malah Maha Buruk. Mari kita lihat satu-persatu. Tak perlu dari berbagai aspek.
Cukup dari sisi yang paling pentingnya saja, AGAMA. Keduanya muslim, tapi…
Jokowi, benarkah muslim? Jujur saja, saat PKS tak mau gabung
usung Jokowi di Pilkada Jakarta
lalu saya mulai bertanya-tanya. Ada
apa dengan Jokowi. Kenapa PKS tak mau usung Jokowi yang juga muslim, dan malah
paksakan Hidayat Nurwahid yang sudah kehilangan momentum. Ternyata jawabannya,
Jokowi tak mampu menjawab sama sekali pertanyaan-pertanyaan sepele tentang
Islam yang diajukan PKS, seperti makna Ramadhan, konsep kepemimpinan dalam
Islam, siapa khalifah yang jadi rule mode-nya jika terpilih jadi Gubernur, Apa arti al-amin, julukan Nabi Muhammada, dan
lain sebagainya.
Makin lama makin terbukti ngawurnya Jokowi. Wudhu’, setelah
cuci muka, langsung ke kaki. Makin parah, jadi imam sholat Dzuhur bacaan
al-fatihah nya dijahar/dikeraskan, ckckck…! Maka tak heran, Jokowi adalah musuh
yang mungkin satu-satunya konsisten sejak awal diserang PKS di media social
seperti Twitter. Pokoknya asal bukan Jokowi.
Prabowo pun tak kalah ngawurnya. Diminta jadi imam nolak,
dan malah menyuruh perempuan yang jadi imam. Mengkampanyekan dan ajak rakyatnya
untuk menipu. Ambil uangnya, tapi tetap pilih Gerindra. Di keluarga gagal, jadi
tentara dipecat. Terus-terang saya ogah milihnya.
2 calon yang Insya Allah akan jadi pemimpin Indonesia. Apa
tanggapan MUI, ulama-ulama Islam Indonesia? Mestinya mereka segera
bersuara? Indonesia
akan dipimpin oleh orang-orang yang tak bisa jadi imam. Yang bahkan tentang
sholat saja tak paham?
MUI dan ulama-ulama jangan cuma sibuk bicara soal-soal
program TV yang tak mendidik. Media mainstream terlalu besar untuk dilawan.
Hampir semua pemiliknya adalah Yahudi-yahudi dengan duit yang anlimitit. Bukan
rahasia lagi jika mereka selalu berusaha memperdaya dan merusak Islam. Al-Qur’an
sendiri telah membicarakan itu jauh sebelumnya. Umat Islamlah yang mesti
diingatkan, bukan mereka yang perlu dipersoalkan. Itu sudah kodratnya.
Jangan cuma bicara bahwa rokok dan ceramah yang berpotensi
memacetkan itu haram. Jangan cuma berfatwa soal Facebook dan social media
lainnya. Dari situlah justru kita bisa dapat informasi dari sudut pandang yang
lain. Memang lebih subjektif, tapi tentu saja lebih mudah menganalisanya.
Lebih baik ikut berjuang di dalamnya, bukan malah mempersoalkan
halal haramnya. Banyak teman saya yang tiap waktu ‘adzan’ di Facebook. Banyak
muslim dan muslimat remaja yang berdebat memperjuangkan agamanya di Twitter. Banyak
diantara mereka yang masih labil. Terkadang juga mentok perkara dalil. Mereka
butuh dukungan ulama seperti kalian, kan?
Ulama mestinya bersatu. Propaganda umat agar jangan pilih
pemimpin yang tak bisa jadi imam. TV dan media mainstream tak kooperatif,
provokasi di media social. PDIP sendiri telah mengakui bahwa suara mereka
hancur di Pileg kemaren karena Twitter. Obama juga sukses jadi Presiden Amerika
karena dukungan media social.
Jika scenario sesuai yang saya bayangkan, Golput akan besar.
Desak Pemerintah untuk keluarkan PERPPU soal Golput Threshold, bahwa jika angka
Golput mencapai sekian % Pilpres batal.
Umat Islam dalam bahaya. Indonesia adalah Islam yang paling
diharapkan dunia. Islam Indonesia
yang terbesar. Apa jadinya jika Indonesia
dipimpin oleh yang tak mengerti Islam. Jokowi terpilih, Indonesia akan dipimpin Islam jadi-jadian + Ibukotanya,
Jakarta akan
diimami oleh Ahok. Relakah kalian dipimpin oleh mereka…..? Sudikah kalian jadi
makmum mereka….?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar