Beberapa waktu lalu pernah saya ceritakan bahwa setelah
‘dipecat’, hubungan saya dengan perusahaan tersebut akan berakhir. Itu
sekaligus bermakna bahwa saya takkan pernah melihat rumah Dian lagi, wahahaha…!
Tapi kenyataannya 3 bulan kemudian, ternyata seorang teman kerja di sana justru
malah menikah dengan adik sepupu saya sendiri. Dan yang lebih ajaib lagi, teman
itu adalah justru ‘guru pembimbing’ Dian saat dulu magang di sana, hahaha…!
Dunia yang kita anggap begitu besarnya ternyata sempit saja
jika Tuhan sudah berkehendak. Seperti bulu idung yang saking dekatnya malah sering tak kita sadari keberadaannya. Saya sungguh sering mengalami kisah-kisah ajaib
sejenis. Jauh-jauh saya melanjutkan sekolah SMKN 1 di Batam, ternyata salah
seorang gurunya adalah tetangga dekat saya di kampung. Jika perusahaan lama
tempat saya bekerja itu adalah rumah saya, rumah Dian adalah rumah guru
tersebut. Begitu dekatnya. Bahkan adik perempuan satu-satunya juga adalah teman
sekelas saya sejak SD sampai SMP, Subhanallah….!
Tamat sekolah saya tinggal di daerah Bengkong, di rumah
seorang teman sekelas. Lama, hampir 8 tahun saya tinggal di sana, bekerja ikut
orangtuanya. Jadi bisa bayangkan betapa dekatnya hubungan kami. Ayahnya, ibunya
dan seorang adik ceweknya. Selama di sana saya punya begitu banyak tetangga, teman
yang bahkan sudah seperti seorang saudara sendiri. Salah satunya bernama Amoy.
Sari nama sebenarnya. Tak jelas juga kenapa dipanggil Amoy.
Karena putih mirip China kali yak? Dan cantik juga sih, hahaha…! Saat saya
tamat sekolah, waktu itu dia baru sekitar kelas 2 atau 3 MTs. Ini anak degil
bukan main, hahaha…! (Awas, siapa saja yang kenal jangan sampai dia ikut baca
post ini. Dia bisa ngamuk, hahaha…!) Setiap saat sering minta tolong sama kami,
termasuk saya tentunya.
“Bang, tandatangan donk!”
“Apaan?”
“Surat ijin sakit, buat guru di sekolah”, katanya sambil nyengir,
seperti biasanya.
Tapi yang paling parah adalah setiap dia bolos dari rumah,
hahaha…! Maksudnya: kabur entah kemana sama cowoknya, dia selalu bawa-bawa nama
saya.
“Maa…! Amoy pergi ke rumah Bang Raul yaaa!”, katanya pamit
sama mamanya.
Ohya, saya waktu itu juga sering tinggal di Kampung Seraya.
Saya juga punya saudara angkat di sana. Nah, tempat itulah yang dimaksudnya.
Tak jarang saat saya di Bengkong, ibunya tanya,
“Amoy mana? Katanya tadi ke rumahmu?” Tanya ibunya.
Waah, sialan si Amoy…. J
Nah, kira-kira begitulah dekat hubungan kami. Sampai
kemudian akhir 2007, saya punya konflik dengan ayah si teman, sampai sekarang L Meski masih akrab dan
berhubungan baik dengan yang lainnya, saya tak pernah lagi tinggal di rumah
itu. Main sih masih sering, tapi nginap sudah tak pernah.
Tapi sekitar 2010, saat Facebook lagi booming-nya saya
mengalami kejadian ajaib lagi. Saya chat dengan seorang teman sekelas MTs di kampung
dulu. Cewek juga, donk! Hahaha…! Tanya kabar, sekarang tinggal di mana, dan…
“Aku dulu lanjut STM di Batam. Dan sampai sekarang tinggal
di Batam”
“Batam di mananya?”
“Bengkong, tau?”
“Bengkong mana?”
“Bengkong Harapan. Kenapa?”
“Kenal Sari ga? Saya punya sepupu di situ. SD dulu saya juga
di situ!”
“Sari? Amoy, ya?”
“Iyaa…!”
“Yaa, kenal donk! Anaknya degil ya? Hahaha…!”
“Hahaha…!
Chat kami berlangsung amat panjang akhirnya. Ternyata dia
penasaran saat melihat status Facebook saya di komen si Amoy. Ternyata teman sekelas saya di Batam itu juga
adalah teman SD-nya dulu, saat di Batam. Teman nongkrong saya sekarang adalah
teman mainnya saat kecil dulu. Saya sekelas dengannya dulu saat masih di
kampung, walau tak akrab. Ajaibnya, teman akrab saya di Batam malah sepupu,
teman SD dan main-mainnya dulu saat dia masih di Batam.
Subhanallah….! Allahu Akbar…!
*Bagi teman-teman yang punya kisah sejenis, monggo, di
share… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar