Dialog imajinatif saya dan seorang yang mati saat ‘balap
liar’.
Almarhum :Hoi
Raul, gimana kabar kau?
Siraul Nan Ebat :Alhamdulillah
baik, Bang! Abang gimana?
Almarhum :Aku
lagi kangen sama kalian. Yang lain gimana sekarang?
Siraul Nan Ebat :Mereka
semua dah buka bengkel sendiri, Bang!
Almarhum :Syukurlah,
kalau begitu. Tak sia-sia mereka dulu belajar sama aku.
Siraul Nan Ebat :Sayangnya
abang tak sempat menikmati itu, kan? Kenapa sih Bang, Abang mesti mati?
Almarhum :Semua orang akan mati, Raul! Dan aku
senang, karena kematianku bermanfaat bagi orang lain.
Siraul Nan Ebat :Maksudnya, Bang!
Almarhum :Motor Anu yang hancur kubawa waktu
itu laku berapa?
Siraul Nan Ebat :Ga tau, Bang! Tapi pernah ditawar orang
sampai 25juta, tapi tak dilepasnya.
Almarhum :Nah, itu yang kumaksud! Walau aku
mati, tapi motor itu akhirnya bernilai tinggi, kan? Padahal motornya sudah
hancur berantakan. Tapi mesinnya doank, dihargai 25 juta sama orang lain. Coba
kau tanya yang lain, berapa orang-orang menghargai mesin-mesin motor yang
kurakit? Semuanya berharga tinggi, kan?
Siraul Nan Ebat :Tapi tetap saja abang mati.
Almarhum :Aku mati karena memperjuangkan
hidup, Raul! Hidupku, keluargaku dan juga hidup semua anak buahku dan keluarga
mereka, kan?
Siraul Nan Ebat :Aku tak ngerti, Bang!
Almarhum :Kau lihat, kan? Setiap kali motor
kita jadi jagoan, juara, bengkel pasti ramai, kan? Kalau bengkel ramai otomatis
aku bisa menghidupi keluargaku, anakbuah-anakbuahku dan keluarga mereka, iya
kan? Itu jauh lebih keren dan mulia Raul, ketimbang hidup para pejabat korup
yang memakai uang rakyat demi keluarga dan simpanannya belaka.
Siraul Nan Ebat :Tapi banyak juga pejabat korup yang suka
nyumbang, Bang!
Almarhum :Tuhan itu Maha Baik, Raul! Hanya
menerima yang baik-baik! Apa artinya menyumbang dari duit hasil ngemplang? Ga
berkah. Nyumbang buat bikin jalan. Itulah nanti jalan yang jauh dari berkah. Jadi
sumber stress, macet dan rawan kecelakaan.
Siraul Nan Ebat :Dan jadi ajang balap liar juga, hahaha…!
Almarhum :Kau nyindir aku ya, hehehe…!
Siraul Nan Ebat :Tapi benar, kan?
Almarhum :Kan sudah kubilang tadi, aku mati
dalam tugas. Mati saat berjuang.
Siraul Nan Ebat :Sayangnya orang yang mati karena balap liar
seperti abang ini banyak dikutuk dan dibenci orang ya, Bang? Bahkan polisi itu
diam aja saat abang lagi tergeletak meregang nyawa waktu itu.
Almarhum :Itu lumrah saja, Raul! Hidup itu
isinya cinta dan benci. Abang ga pernah mau repot-repot pusing mikirin orang
yang benci. Buang-buang waktu. Tak ada gunanya. Dan kata siapa abang dibenci banyak
orang. Kau tau sendiri, kan? Jalanan sepanjang Bengkong rumah abang sampai di
kuburan Sei. Panas macet total. Ramai bangat kan, yang ngantarin abang ke
kuburan? Tidak saja kau dan teman-teman sekalian, bahkan para musuh, saingan
bengkel dan motor kita dari seluruh pelosok Batam ikut ngikuti upacara
penguburan sampai selesai.
Siraul Nan Ebat :Iyyaa…! Tapi kenapa mesti begitu, Bang? Apa
tak jalan lain untuk mencari nafkah?
Almarhum :Di negeri kita tak ada lagi tempat
untuk ide-ide baik. Itulah kenapa banyak akhirnya niat baik yang mesti dilalui
lewat cara yang buruk. Prilaku korup pejabat pemerintah membuat orang-orang berpotensi
seperti kita tak lagi punya ruang untuk berkarya. Kau sendiri sekarang hidup
masih amburadul, kan? Begitu jugalah nasibku. Mesti mati demi memperjuangkan
hidup.
Siraul Nan Ebat :Berarti sekarang abang lagi di surga, donk!
Almarhum :Sayangnya enggak, Raul!
Siraul Nan Ebat :Loh kok bisa? Kan abang mati syahid? Mati
dalam bertugas? Langsung masuk surga, kan?
Almarhum :Kau keliru, Raul! Aku mati konyol,
bukan mati syahid.
Siraul Nan Ebat :Lah, matinya kan dalam tugas? Berjuang demi
keluarga dan orang lain juga malahan?
Almarhum :Tapi sebelum ‘main’ itu aku sudah
minum Raul! Aku minum, meski tak mabuk. Tapi tetap saja segala amalku dalam 40
hari tak diterima.
Siraul Nan Ebat :Kalau gitu salah abang sendiri, kenapa minum?
Almarhum :Kan kau yang belikan, Rauuuuul…..!
Siraul Nan Ebat : …………
*Astagfirullahaladziim….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar