Halaman

16 Agu 2014

Mati Balap Liar


Dialog imajinatif saya dan seorang yang mati saat ‘balap liar’.

Almarhum           :Hoi Raul, gimana kabar kau?

Siraul Nan Ebat  :Alhamdulillah baik, Bang! Abang gimana?

Almarhum           :Aku lagi kangen sama kalian. Yang lain gimana sekarang?

Siraul Nan Ebat  :Mereka semua dah buka bengkel sendiri, Bang!

Almarhum           :Syukurlah, kalau begitu. Tak sia-sia mereka dulu belajar sama aku.

Siraul Nan Ebat  :Sayangnya abang tak sempat menikmati itu, kan? Kenapa sih Bang, Abang mesti mati?

Almarhum           :Semua orang akan mati, Raul! Dan aku senang, karena kematianku bermanfaat bagi orang lain.

Siraul Nan Ebat  :Maksudnya, Bang!

Almarhum           :Motor Anu yang hancur kubawa waktu itu laku berapa?

Siraul Nan Ebat  :Ga tau, Bang! Tapi pernah ditawar orang sampai 25juta, tapi tak dilepasnya.

Almarhum           :Nah, itu yang kumaksud! Walau aku mati, tapi motor itu akhirnya bernilai tinggi, kan? Padahal motornya sudah hancur berantakan. Tapi mesinnya doank, dihargai 25 juta sama orang lain. Coba kau tanya yang lain, berapa orang-orang menghargai mesin-mesin motor yang kurakit? Semuanya berharga tinggi, kan?

Siraul Nan Ebat  :Tapi tetap saja abang mati.

Almarhum           :Aku mati karena memperjuangkan hidup, Raul! Hidupku, keluargaku dan juga hidup semua anak buahku dan keluarga mereka, kan?

Siraul Nan Ebat  :Aku tak ngerti, Bang!

Almarhum           :Kau lihat, kan? Setiap kali motor kita jadi jagoan, juara, bengkel pasti ramai, kan? Kalau bengkel ramai otomatis aku bisa menghidupi keluargaku, anakbuah-anakbuahku dan keluarga mereka, iya kan? Itu jauh lebih keren dan mulia Raul, ketimbang hidup para pejabat korup yang memakai uang rakyat demi keluarga dan simpanannya belaka.

Siraul Nan Ebat  :Tapi banyak juga pejabat korup yang suka nyumbang, Bang!

Almarhum           :Tuhan itu Maha Baik, Raul! Hanya menerima yang baik-baik! Apa artinya menyumbang dari duit hasil ngemplang? Ga berkah. Nyumbang buat bikin jalan. Itulah nanti jalan yang jauh dari berkah. Jadi sumber stress, macet dan rawan kecelakaan.

Siraul Nan Ebat  :Dan jadi ajang balap liar juga, hahaha…!

Almarhum           :Kau nyindir aku ya, hehehe…!

Siraul Nan Ebat  :Tapi benar, kan?

Almarhum           :Kan sudah kubilang tadi, aku mati dalam tugas. Mati saat berjuang.

Siraul Nan Ebat  :Sayangnya orang yang mati karena balap liar seperti abang ini banyak dikutuk dan dibenci orang ya, Bang? Bahkan polisi itu diam aja saat abang lagi tergeletak meregang nyawa waktu itu.

Almarhum           :Itu lumrah saja, Raul! Hidup itu isinya cinta dan benci. Abang ga pernah mau repot-repot pusing mikirin orang yang benci. Buang-buang waktu. Tak ada gunanya. Dan kata siapa abang dibenci banyak orang. Kau tau sendiri, kan? Jalanan sepanjang Bengkong rumah abang sampai di kuburan Sei. Panas macet total. Ramai bangat kan, yang ngantarin abang ke kuburan? Tidak saja kau dan teman-teman sekalian, bahkan para musuh, saingan bengkel dan motor kita dari seluruh pelosok Batam ikut ngikuti upacara penguburan sampai selesai.

Siraul Nan Ebat  :Iyyaa…! Tapi kenapa mesti begitu, Bang? Apa tak jalan lain untuk mencari nafkah?

Almarhum           :Di negeri kita tak ada lagi tempat untuk ide-ide baik. Itulah kenapa banyak akhirnya niat baik yang mesti dilalui lewat cara yang buruk. Prilaku korup pejabat pemerintah membuat orang-orang berpotensi seperti kita tak lagi punya ruang untuk berkarya. Kau sendiri sekarang hidup masih amburadul, kan? Begitu jugalah nasibku. Mesti mati demi memperjuangkan hidup.

Siraul Nan Ebat  :Berarti sekarang abang lagi di surga, donk!

Almarhum           :Sayangnya enggak, Raul!

Siraul Nan Ebat  :Loh kok bisa? Kan abang mati syahid? Mati dalam bertugas? Langsung masuk surga, kan?

Almarhum           :Kau keliru, Raul! Aku mati konyol, bukan mati syahid.

Siraul Nan Ebat  :Lah, matinya kan dalam tugas? Berjuang demi keluarga dan orang lain juga malahan?

Almarhum           :Tapi sebelum ‘main’ itu aku sudah minum Raul! Aku minum, meski tak mabuk. Tapi tetap saja segala amalku dalam 40 hari tak diterima.

Siraul Nan Ebat  :Kalau gitu salah abang sendiri, kenapa minum?

Almarhum           :Kan kau yang belikan, Rauuuuul…..!

Siraul Nan Ebat  : …………

*Astagfirullahaladziim….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...