Halaman

30 Jan 2015

Ariel vs Serigala Yang Ganteng


Tadi sore secara tak sengaja saya berpapasan dengan Ariel NOAH. Kesempatan langka itu tentu terlalu mahal untuk diabaikan begitu saja. Maka, begitu saya tegur, Alhamdulillah, selebriti yang begitu digilai banyak orang ini ternyata sangat welcome. Dan terjadilah dialog singkat, kurang lebih seperti yang saya rangkum di bawah ini.

Raul       : Hi…!

Ariel       : Hi juga…! Apa kabar?

Raul       : Alhamdulillah, baik! Mas Ariel gimana? Ohya, perkenalkan! Nama saya Raul.

Ariel       : Alhamdulillah! Saya juga baik. Nama saya Ariel, hahaha…!

Raul       : Mau nanya-nanya sedikit bisa, Mas?

Ariel       : Silakan!

Raul       : Kalau dilihat dari gaya jalannya, saya bisa tebak, Mas Ariel mau ke acara Infotainment Award, kan? Haha…!

Ariel       : Kok tahu?

Raul       : Soalnya gaya jalannya terlihat begitu semangat, haha…!

Ariel       : Ahh…! Kau bisa aja! Tapi emang bener, kok!

Raul       : Gimana rasanya Mas, masuk nominasi Selebriti Pria Paling Memikat?

Ariel       : Mmm…! Gimana ya? Meski agak geli sebab kategorinya aneh (sambil mengutipkan jari), tapi saya cukup senang dan bangga kok, haha…!

Raul       : Harapannya Mas Ariel gimana?

Ariel       : Yaa… saya ingin menang, donk! Haha…!

Raul       : Kira-kira peluangnya gimana?

Ariel       : Waah…! Kalau yang itu saya ga berani ngomong. Kita lihat saja nanti. Kamu juga mau nonton, kan?

Raul       : Tentu, donk! Tapi, menurut Mas Ariel, apa sih artinya menang dan kalah di ajang seperti ini?

Ariel       : Biasa aja. Dalam setiap kompetisi tentu selalu ada menang dan kalah, kan? Yang penting bagi saya, masuk nominasi saja berarti perform saya di hargai masyarakat, kan?

Raul       : Lho, Mas Ariel ga merasa dilecehkan karena dinominasikan dalam ajang-ajang beginian?

Ariel       : Dilecehkan bagaimana?

Raul       : Saya sih merasa tersinggung kalau disuruh bersaing sama serigala?

Ariel       : Maksudnya? (mulai pusing)

Raul       : Coba Mas Ariel bayangkan! Kalau Mas Ariel menang, apa hebatnya menang ‘memikat’, kalau saingannya sama serigala? Apalagi nih, maaf yaa! Kalau prediksi saya Mas Ariel malah bakal kalah. Saingannya berat lho. Udah serigala, ganteng dan masih muda pula, hahaha…!

Ariel       : (diam, melongo)

Raul       : Gimana Mas? Bagaimana kalau ternyata Mas Ariel beneran kalah? Masa kalah ‘memikat’ ketimbang serigala, walau serigalanya emang ganteng, sih! Hahaha….!

Ariel       : (kemudian hening)

*Tamat

13 Jan 2015

Test The Durian

“Yahudi dan Nasrani takkan pernah berhenti untuk menghancurkan Islam”, begitu kata Al-Quran.

Terhadap muslim yg sedikit mereka menghancurkannya lewat perang seperti yg dialami Palestina. Bisa juga dengan adu domba seperti Irak, Iran, Kuwait dll untuk kemudian mereka susupi lewat pemerintahan yg mereka bentuk. Terhadap Negara dg muslim yg militant seperti Afganistan misalnya mereka lakukan ‘pembusukan’ dan pembunuhan karaktek. Siapa sekarang, yg simpati dengan Al-Qaeda misalnya?
Indonesia tentu saja target utama mereka, sebab Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Tapi terhadap Indonesia pasti bodoh jika Yahudi dan Nasrani ‘mengajak perang’. Yang banyak tentu lebih sulit dikalahkan secara frontal. Apalagi jika bicara perang, pasukan darat Indonesia adalah yg PALING DITAKUTI dunia selain Jerman. 

“Ahli strategi militer mana yg berani mengatakan bamboo runcing bisa mengalahkan meriam?”, kata KH Zainuddin Mz (alm).

Dinasti Mongol yg telah menguasai ¾ bagian dunia saja takluk secara memalukan oleh Kartanegara (Singosari). Saking hinanya, hidung utusannya yg bernama Mengki dipotong untuk kemudian disuruh mengadu pada sang Kaisar, Kubilai Khan. 

Tapi banyak juga bukan berarti tak bisa ditaklukkan. Disitulah pentingnya strategi. Dan strategi yg baik tentu saja yg tak bisa dibaca target. Di sinilah hebatnya mereka. Mereka bukan pemain politik langsung. Tapi sungguh pintar memanfaatkan politik. 

Pertama kekuatan Islam mesti dihancurkan dulu. Partai Islam tersolid dibusukkan langsung pada pucuk pimpinan, Sang Presidennya. Kemudian tokoh2 muda Islam potensial seperti Anas, Rudi Rubiandini dan lain-lain juga dikriminalisasi. Bahkan orang seperti Antasari yg saking nekadnya memenjarakan besan Presiden karena korup malah balik dipenjara dengan tuduhan membunuh. Aneh? Tentu saja. Bahkan keluarga korban saja malah membelanya, ckckck….!

Ibukota Negara sudah diimami Cina, non muslim. DPR sebagai wakil rakyat juga diketuai oleh Cina yg (katanya) tumben, mualaf. Ckckck…! Presiden…? Lihat saja aneka kebijakannya yg Cina sentries dan meminggirkan Islam.

Kita mestinya heran, Pemilu sudah lama selesai. Tapi gejolak politik malah makin keras. Sebenarnya bukan test the water. Saya lebih suka menyebutnya test the durian. Dulu, saya sering mengalihkan perhatian pemilik durian dg cara melemparkan kelapa ke arah yg berlawanan dg posisi durian yg jatuh. Tujuannya, agar si pemilik sibuk mencari di arah yg salah dan saya berkesempatan mencari di posisi yg tepat. Nah, isu doa Anis, perahu Susi dll jg begitu. Yahudi dgn kekuatan medianya umbar gejolak politik agar kita lupa dg misi2 busuk mereka yg lebih besar lewat aneka tayangan seperti Ocid dkk. 

“Mikir tu pake otaaaaak, Maaaaaak….!” Teriak si Ocid memaki emaknya.

“Mak Ijah tabrakan!” . “Si Wakwak meninggal!”, kata infonya.

“HAAAAAAH….!” 


Mestinya ‘astaghfirillah’ atau ‘innalillah….’ Kan ya?

Cobalah tonton si Ocid, acak episode mana saja! Dalam 5 menit saja bakal segera ketahuan betapa kacaunya pertunjukan badut2 itu. Di samping jenazah tertawa terbahak-bahak. Berdoa dan memaki2 Allah SWT tak ada bedanya. Bahkan sambil berdoa juga boleh melucu dan tertawa dan saling hina. Gerobak Pangsit, Mangkok Mi Kuah dan puluhan kata2 saling hina lainnya meluncur tiap menit dari mulut si Ocid dkk. Bahkan Bapaknya saja dipanggil ‘Babe Kisut’. Kemana MUI, KPI? Kenapa sinetron yg full pelecehan dan menghina kecerdasan begini bisa lolos tayang? 

Kenapa ulama diam?  Ulama sepuh, senior lebih suka berceramah untuk ‘warga mesjid’ yg jelas-jelas ‘telah’ Islami. Tak gatal digaruk yang gatal malah diabaikan begitu saja. Perintah amar ma’ruf selalu berdampingan dengan nahi munkar. Penting beramar ma’ruf di mesjid. Tapi bernahi munkar (di sosmed) malah lebih mendesak. Banyak gerakan social dan kemanusiaan justru lebih efektif jika dimulai dari twitter, Facebook dan lain-lain ketimbang dari mesjid. Sayangnya, ulama2 sepuh, senior dan yang dihormati malah banyak yg gagap sosmed. Apakah ulama tak menyadari bahwa Islam juga memerintahkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat? Jangan diam aja donk, Pak Kyai….! Hentikan itu Si Ocid.
 

9 Jan 2015

Hell's Kitchen Keren...?



 Jempol terbalik saya buat acara satu ini. Dipandu oleh chief terkenal yang tak tahu diri. Bayangkan betapa durhakanya orang ini. Terkenal karena makanan, tapi begitu disuguhkan kepadanya bukannya malah dinikmati malah dilempar-lempar begitu saja seenaknya bahkan sebelum sempat dicicipinya. Ini jelas pelecehan.

Pertama, ini pelecehan terhadap martabat makanan. Kedudukannya sebagai penentram lapar sudah dilecehkan sedemikian rupa. Makanan hanya dianggap mampu berteman baik dg kemiskinan. Di hadapan gengsi, jika makanan itu buruk rupa, maka cukup dicampakkan saja tanpa perlu dirasa. Sungguh orang yang sama sekali tak punya rasa hormat pada makanan yg ironisnya malah telah membuatnya  jadi ‘seseorang’ selama ini.

“Ini bukan lomba memasak. Ini adalah perang”, katanya.

Betapa tragisnya nasib makanan. Makanan yang mestinya dihormati begitu rupa karena mendamaikan lapar, malah dijadikan sebagai property perang. Agama saya mengajarkan untuk menghormati makanan. Sejak dini saya telah diajarkan agar menghabiskan makanan yg telah dihidangkan (dalam piring).

“… karena itu adalah rejeki”, kata Ibu saya.

Berikutnya, ini pelehan terhadap pemasaknya. Makanan itu sudah dimasak demikian rupa sambil bercucuran keringat. Bayangkan saja, masakan itu dimasak dengan harap akan beroleh pujian. Tentu saja segala daya, usaha dan kemampuan telah dikerahkan untuk menyajikannya. Ehh…Capek2 masak, dan dengan niat baik bukannya dihargai apalagi dipuji, malah pemasaknya dipermalukan di hadapan seluruh pemirsa se-Indonesia.  Apalagi selain masakannya dibuang, yang membuatnya juga dimaki-maki dan malah sampai ditendang pula. Bahkan jika perlu sampai diusir segala ckckck….!

 Dalam agama saya bahkan sampai diperintahkan untuk tidak ‘merobah paras’ begitu mencicipi masakan yang telah dihidangkan, walau betapa kacau rasanya. Tujuannya, tentu saja demi menghargai orang yang telah menyuguhkannya.  Jadi, betapa tak tau dirinya chief yang katanya terkenal ini.

Kata siapa dia terkenal? Kata siapa masakannya enak. Coba deh suruh dia main-main ke kampung saya. Kalau dia mau, saya bersedia untuk mensponsori lomba memasak antar warga dengan dia sebagai salah satu peserta tamunya. Tenang saja. Semua akomodasi akan saya tanggung. Bahkan jika butuh, dia juga tak usah ragu soal penginapan. Sangat banyak rumah kosong yang bisa ditempatinya. Ingat yaa, rumah. R-U-M-A-H. Bukan sekedar kamar.

Dia, dan semua peserta lainnya boleh memasak sesuka hati dan keahliannya masing-masing. Dan kita akan adu, makanan siapa yang akan paling banyak dipuji. Saya malah sangsi, apakah makanannya akan dicicipi warga atau tidak, hahaha….!

Hell’s Kitchen yg begitu digembor-gemborkan itu adalah ajang narsis dan penuh pelecehan terhadap kemiskinan dan agama. Ajaran agama untuk menghargai makanan dan pembuatnya diledek sedemikian rupa. Makanan adalah kebutuhan nomor satu dalam hidup manusia. Demi makan, bahkan banyak orang yang rela menjual kehormatan dan bahkan aqidahnya segala. Jadi kenapa ada acara lempar2 dan buang-buang makanan begitu dibiarkan begitu saja…?

*_*

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...