“Pak Rudi itu orang Padang ya? Kok orang Padang rata-rata
dukung dia?”, tanya seorang teman.
Entahlah, tapi jika boleh, inilah
kira-kira pendapat saya tentang orang Padang (di rantau biasanya orang lebih
kenal ‘Örang Padang’ ketimbang ‘Orang Minang).
Sebelumnya, saya sendiri orang
Padang. Walau pribadinya tak saya sukai, tapi Insya Allah di Pilkada depan saya
juga akan pilih beliau. Itu artinya, saya memilih beliau bukan asal
ikut-ikutan. Saya juga tentu sudah mempelajari profil calon lainnya. Nah,
begitulah juga dengan orang Padang lain pada umumnya.
Orang Padang itu gengsi-an. Untuk
bisa gengsi, kita butuh wawasan dan pengetahuan yang lebih. Itulah kenapa orang
Padang suka sekali nongkrong di lapau, pajak dan sebagainya. Bahkan saat bekerja
pun, kaum apak-apak Padang biasanya butuh ‘duduk, isap rokok dan kopi agar
caritonyo lamak, haha…! Pun begitu dengan kaum amak-amaknya yang juga suka
menggosip, haha…! Dan dalam hal menggosip, yang jadi pusat perhatian pastilah
orang-orang dengan pengetahuan dan wawasan yang lebih.
Intinya, orang Padang itu akan
malu bila kalah bicara. Ogah terlihat bodoh sehingga menolak untuk bodoh. Dan
bahkan dalam soal permainan pun, kita bisa lihat betapa orang Padang itu sangat
benci kebodohan.
Adalah aib, jika kaum apak-apak
tak bisa main koa dan domino. 2 jenis permainan ini bukan sekedar permainan
asah otak belaka, tapi juga permainan mempelajari strategi, kebiasaan, kemauan dan bahkan pikiran teman dan juga lawan. Percuma
punya kartu bagus, jika kartu jelek teman tak bisa dimanfaatkan. Percuma
mengerti permainan sendiri, jika tak mengerti kemauan mandan dan pancingan
lawan. Bodoh dan egois adalah musuh terbesar permainan ini. Permainan yang
bikin candu ini juga tentu saja jadi event ‘sekolah’ yang baik.
Maka tak usah heran, jika orang
Padang lebih berpikir panjang dan visioner. Kita bisa lihat di Pilpres kemaren.
Pak JK pun mesti maklum, bahkan sebagai urang sumando dia kalah paling telak
justru di kampuang orang rumahnya, hahaha….! Orang Padang sudah mampu membaca
jauh lebih dulu, ketimbang yang lainnya.
Ketika Jawa (Jakarta dan Jogjakarta)
direbut Belanda tahun 19 Desember 1948, Indonesia dalam kekosongan
pemerintahan. Dalam situasi darurat yang mesti penuh kalkulasi itulah, Indonesia
dipercayakan kepada orang Padang. Hanya sejam sejak Jogja direbut Belanda jam
06 pagi tersebut, Bukittinggi langsung dijadikan Ibukota Negara. Sejam kemudian
Bukittinggi juga diserang Belanda, maka Ibukota negara langsung dipindah ke
pedalaman lagi, Kototinggi, dekat kampuang ibu saya, haha... Maka dibentuklah
PDRI lengkap dengan seluruh anggota kabinetnya dan tentu saja angkatan perang PDRI,
yang dipimpin oleh Jendral Soedirman. sampai 13 Juli 1949.
Sumatera Barat
adalah sejarah penting Indonesia. 6 Juli 1949 habis Isya, delegasi Natsir yang
beranggotakan Dr. Leimena, Dr. halim dan Agus Yaman yang diutus Soekarno-Hatta dari
pengasingannya di Bangka berunding dengan Syafruddin Prawiranegara soal
kelangsungan pemerintahan Indonesia. Perundingan yang alot karena keterbatasan media
informasi, walau akhirnya setelah hampir Subuh, disepakati bahwa Ibukota negara
dikembalikan ke Jogjakarta. PDRI berakhir. Dan tahukah kamu, kesepakatan itu
dilakukan hanya sepuluhan meter dari rumah Bapak saya, di Koto Kociak 7
Kenagarian 7 Koto Talago, haha…! Sungguh sangat disayangkan betapa tugu PDRI
yang ditujukan untuk menghormati sejarahnya malah dipugar total hingga ‘mengaburkan’
nilai historinya. Yang tak kalah bikin sedih, tugu dan Monumen yang di Ibukota
(Koto Tinggi) malah justru dipindah, hiiiks….!
Intinya adalah: orang Padang
punya sejarah hebat di perpolitikan Indonesia. Karena itulah, orang Padang
biasanya melek politik. Sejak kecil kami sudah diceritakan bagaimana dulu saat
perang. Soekarno itu seperti apa dan lain-lainnya. Bagaimana nasib Hatta, Natsir
di dunia politik, kriminalisasi Tan Malaka, PRRI dan sebagainya. Orang Padang
takkan mudah beriman pada media begitu saja. Alotnya perpindahan PDRI menuju
Jogjakarta itu setidaknya telah mengabarkan bahwa orang Padang tak mudah begitu
saja percaya, bahkan walau berita itu disampaikan oleh Niniak Mamak mereka
sendiri seperti Natsir, hehehe…!
*Entahlah, tulisan ini padahal
awalnya pengen bahas tentang koa dan domino, haha…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar