Halaman

29 Nov 2015

Sometime in Somewhere

Saat itu sekitar jam setengah satuan siang hari. Saya sedang duduk istirahat selepas makan siang. Kebetulan sendirian. Tiba-tiba saya mendengar suara seseorang memanggil. Cewek, muda lagi cantik, pakai rok mini dari seberang pintu pagar teralis besi sebuah perusahaan terlihat seperti memanggil. Sempat gak ngeh, sampai saya yakinkan sendiri.

“Saya?”

“Iya. Bang tolong pegangin donk!” katanya sambil menyodorkan tas yang dipegangnya kepada saya yang berdiri di luar pintu pagar yang dikunci itu.

Sempat bingung ini cewek mau ngapain. Setelah tasnya saya ambil, dengan cekatan si cewek memanjat dan dengan memegang tangan saya melompat, menyeberang pagar.

“Aku mau cabut. Ini pintu pake dikunci lagi. Sialan! Sabtu aja masih disuruh lembur!”, sungutnya.

“Ehh, makasih ya, Bang!’ lanjutnya lagi untuk kemudian hilang.

Setelah itu ya, selesai. Tap pernah lagi saya bertemu dengan cewek yang nothing to lose, fleksibel dan sudah pasti asyik dalam bergaul itu.

Sungguh sulit memang menemukan cewek serupa itu. Tapi beberapa hari yang lalu, cewek dengan type hampir serupa saya temui lagi.

”Mau ke pasar ya, Bang?”,tegurnya dengan senyum manis.

Ini sangat langka. Bayangkan, ada seorang cewek cantik baru turun dari mobilnya menegur lelaki kasar dengan monster face macam saya? Silahkan bilang WOW…!

Dan sudah pasti,saya grogi. Mudah ditebak memang laku laki-laki seperti saya dihadapan wanita yang punya pesona, haha…!

Jalan kaki, kami menuju pasar. Tak jauh memang dari tempatnya memarkir mobil tadi. Tapi lumayan juga buat saya blaem blaem, hahaha…! Asyik juga, seperti cewek yang pertama tadi. Kemampuannya memancing obrolan membuat saya mampu menghilangkan rasa canggung. Naluri saya sebagai ‘lelaki tukang ota’ pulih seketika. Sampai akhirnya di penghujung jalan,sebelum berpisah dia menyodorkan sesuatu.

“Ini Bang, kalau butuh duit, dana segar atau ingin kredit kendaraan dan barang elektronik, hubungi saya aja! Siapa tahu, teman abang nanti juga ada yang butuh uang kan?”, katanya.


Sales rupanya, wkwkwk….! 

25 Nov 2015

Eek Yang Lupa Disiram

Hari itu tak seperti biasanya. Teman ini lupa siapkan receh dua puluh ribu yang tiap Sabtu sore rutin diberikannya pada si ibu ‘penunggu mesjid’ itu. Recehan terkecil di kantongnya lembaran lima puluh ribu.

“Terlalu besar!” pikirnya.

Tapi Allah SWT selalu punya cara untuk mengingatkan hambaNYA. Ibu itu adalah kebaikan rutinnya. Ibu itu jalan baik yang selalu dilimpahkan Allah buatnya. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kebiasaan baik hambaNYA takkan dibiarkannya hilang begitu saja.

“Dek…! Adek…!” Ibu itu berteriak memanggilnya.

Gleeek…! Teman ini sedikit kaget juga.

“Jangan-jangan ibu ini sengaja beri kode bahwa aku lupa memberinya!” gumam si teman.
“Barangnya ketinggalan, nih!”, kata si ibu sembari menyodorkan kantong plastic berisi ‘jajanan’ si teman yang tepat berharga 20ribu perak.

Astagfirullahaladziim…!

Betapa sebetulnya jarak kebaikan dan keburukan itu tipis saja. Betapa sering kita dengar ada model internasional yang rela menelanjangi pribadinya di kalender demi membantu korban bencana alam, misalnya. Atau selebritis yang membuka pakaiannya demi kampanye saying binatang. Malah tak perlu jauh-jauh. Kita bisa membiarkan begitu saja sampah koran-koran bekas alas sholat usai sholat Ied? 

Pahala dan dosa bisa datang pada saat yang sama. Pahala teman ini karena niat baiknya untuk berikan si Ibu sedeqah tentu tak bakal dianulir Allah, bahkan bila dia gagal menunaikannya sekalipun. Tapi dosa akibat buruk sangka terhadap si Ibu juga telah terlanjur didapatnya. Pahala niatnya bersedekah tetap didapat, tapi dosa berburuk sangka terhadap Allah karena bakal hilang 50ribu tentu tak mungkin diremehkan begitu saja. Lima puluh ribu itu memang besar baginya. Tapi tak ada apa-apanya bagi Allah SWT, kan?

Beberapa saat lagi waktu Dzuhur. Entah apa sebabnya ibu dan dua orang anak kecilnya (satu lagi masih dalam gendongannya) ini malah memilih mendatangi saya, walau sebetulnya banyak yang lain di sekitar saya.

“Dek, boleh pinjam kamar mandinya ya! Ini anak saya ‘eek!”, katanya.

Saya orang baik. Ibu ini memilih mendatangi saya pasti atas petunjuk Allah. Allah yang menggerakkan hatinya untuk mendatanginya saya. Allah memilih saya untuk orang ini. Siapa yang tak merasa terhormat, jadi manusia pilihanNYA?

Maka dengan rupa seramah mungkin dan senyum lebay, tentu saja saya persilahkan ibu itu untuk menggunakan kamar mandi saya.

Akhirnya saatnya sholat Dzuhur. Saya pun segera menuju ke kamar mandi, mau ambil wudhu’.

“Sialan….! Kamp***t…! Kok ga disiram, sih?”, saya ngomel-ngomel sendirian.

Ingatan saya kembali pada si teman dengan kisahnya. Enak betul dia! Diingatkan Allah untuk selalu jadi orang baik dan percaya terhadap limpahan rejekiNYA. Saya? Ini adalah teguran Allah bahwa selama ini saya gagal untuk tulus dalam berbuat baik, hingga perlu diingatkanNYA dengan eek yang lupa disiram.

“Ampuni hambaMu ini yaa, Allah…! Aamiin…!

20 Nov 2015

Master Mentalist (Edisi Pembaharuan) Hahaha....!

Permisi, minta maaf, lihat baik-baik...!

Kali ini saya ingin mengajak teman-teman semua bermain bersama saya. Saya bisa membaca pikiran dan pilihan teman-teman semua. Untuk memulai permainannya, coba kamu fikirkan dan letakkan jari telunjukmu pada salah satu logo jejaring sosial yang paling kamu gandrungi saat ini.

Sudah?

Sekarang gerakkan jari telunjukmu tadi ke atas atau ke bawah dan berhenti pada salah satu filem box office hollywood yang ada di situ. PAHAAAAM...?

Oke, paham ya? :) Sekarang dari filem barat tersebut, gerakkan lagi jari telunjukmu ke kanan atau ke kiri dan berhenti pada salah satu film Indonesia terkenal yang ada di situ.

Oke, sudah ya?

Sekarang giliran buku. Gerakkan lagi jari telunjukmu tadi ke atas atau ke bawah dan berhenti pada serial novel terjemahan (barat) anak-anak bacaanmu waktu kecil dulu, hihihi.... :)

Sudah...?

Sekarang terakhir. Pindahkan jari telunjukmu ke kiri atau ke kanan dan berhenti lah pada buku terbaik karya anak bangsa, wkwkwkw.... :p

*Saya Raul, terimakasih!

10 Nov 2015

Pahlawan Olahraga

Tadi saya sempat update status bahwa Pahlawan Olahraga saya adalah pebulutangkis Hermawan Susanto. Waktu itu saya baru pertama kali buka twitter sekilas dan terbacalah tweet Detikcom yang sedang ajak tweeple berbagi ‪#‎PahlawanOlahraganya‬

Kemudian saya baca Koran Sindo, ada ulasan Menpora Imam Nachrowi tentang Pahlawan Olahraga juga, dan dia memilih Susi Susanti, juga pebulutangkis sebagai pahlawannya. Waktu itu saya juga masih belum ngeh bahwa ada yang aneh, sebab saya juga belum ‘full buka twitter’.

Nah, tengah malam ini karena saya tak bisa tidur saya pun scrolling down TL twitter sampai jauh. Dan betapa kagetnya saya ketika hampir semua media mainstream ajak pembaca berpartisipasi memilih Pahlawan Olahraga favoritnya. Aneh…? Tentu saja! Setidaknya saya menangkap keganjilan itu. Ini pasti punya maksud tertentu. Yaa…! Saya 100% SANGAT YAKIN.

Ini penggiringan opini. Kemana arahnya? 

Tanpa mengurangi rasa hormat dan bangga saya terhadap seluruh legenda bulutangkis kita, mulai dari era Rudy Hartono, Christian Hadinata dan kawan-kawan, generasi Susi Susanty, Alan Budikusuma, Hermawan Susanto, Haryanto Arbi, Ardy Wiranata sampai kepada rombongan Taufik Hidayat semuanya adalah pahlawan bulutangkis Indonesia yang sudah harumkan nama Indonesia ke seluruh dunia. Wajib kita hormati. Tapi yang aneh adalah, kenapa mereka kembali nge-hits tahun ini…?

Kenapa seluruh media mainstream muat berita bertemakan Pahlawan Olahraga? Padahal sudah jelas dunia olahraga kita sungguh jauh dari prestasi sejak lama, kecuali bulutangkis.

Yaa, bulutangkislah jawabannya. Kesitulah memang pikiran kita digiring. Tujuannya apa? Tentu saja agar kita selalu menghormati para pahlawan bulutangkis kita. Cermati deh, siapa saja mereka! Kenali baik-baik!

Ingatan saya pun kembali pada upacara perayaan kemerdekaan 17 Agustus kemaren. Nama Maria Felicia Gunawan, sang pembawa bendera pusaka jadi pembicaraan di mana-mana. Seluruh media mainstream mengulas tentang sosoknya. Social media pun diramaikan tentang profilnya. Saat itu juga saya sudah merasakan keanehan, persis seperti kecurigaan saya saat ini tentang pahlawan olahraga.

Tiap tahun ada hari Pahlawan, kenapa tahun ini sorotannya seperti focus pada Pahlawan Olahraga. Tiap tahun ada upacara 17 Agustusan, kenapa si pembawa bendera pusaka tahun ini seperti begitu spesialnya…? Seluruh media mainstream mengulas profilnya. Kenapa…?

Media sudah terlalu lebay. Segala yang berlebihan itu tidak baik. Apalagi jika sejatinya memang sudah tidak baik. Semakin banyak oplasnya, semakin terang terlihat plastiknya. Makin tebal make-upnya, makin terlihat rupa aslinya. Makin tinggi monyet memanjat, makin terang bokongnya terlihat.

Sejak awal kepemimpinan Jokowi, sudah terlihat keberpihakannya pada Cina. Mulai dari Solo, ternyata mobil Esemka yang digadang-gadangnya adalah mesin buatan Cina. Lanjut ke DKI, TransJakarta ternyata juga barang rekon dari Cina. Isu pembelian 1500 kapal dari Cina. Kunjungan pertama usai dilantik adalah ke Cina. 10 juta lapangan kerja yang dijanjikan saat kampanye ternyata juga buat buruh migrant asal Cina. Seluruh proyek infrastruktur era Jokowi diserahkan ke Cina, sapu bersih. Silahkan saja browsing. Termasuk proyek Kereta Cepat yang sampai buat Jepang marah karena tak dilibatkan.

Makin banyak kebijakan yang pro Cina akan makin terlihat Cina-nya. Maka jangan salahkan jika saya juga mencurigai bahwa Proyek Pahlawan Olahraga dan Pembawa Bendera Pusaka itu demi makin mengibarkan dan mengabarkan bahwa Cina memang punya kredibilitas untuk dipercaya, sebab Susi Susanti cs dan Maria Felicia Gunawan si pembawa bendera pusaka itu adalah juga Cina, hiiiiiks….!

Bakalan kena pasal ‪#‎HateSpeech‬ nih, hahaha....!

9 Nov 2015

Konspirasi Lorenzo Juara

Seperti yang dijanjikan dan sudah ditagih pula oleh saudari Fitrihayati berikut saya posting hasil bincang-bincang asyik saya dengan Juara Terpilih: Jorge Lorenzo, siang tadi. Banyak hal, mulai dari isu konspirasi sampai isu terkini pertumbuhan ekonomi, haha…!

Kurang lebih seperti di bawah ini…

Raul :Selamat ya, bro! Gimana perasaan anda rebut gelar juara dunia dengan cara begini?

Lorenzo :Cara begini? Maksudnya?

Raul :Alaaaah, jangan pura-pura ga tau lah, Mas! Rossi kan bilang ada konspirasi agar anda yang jadi juaranya?

Lorenzo :Kamu percaya…? Ckckckck…! 

Raul :Jadi isu tersebut tidak benar…?

Lorenzo :Begini! Isu konspirasi itu ada salah dan ada juga benarnya.

Raul :Maksudnya…?

Lorenzo :Konspirasi itu memang ada. Tapi bukan soal nasionalisme Spanish dan Italiano seperti yang digembor-gemborkan Rossi. Dan kami sukses menjalankannya dengan sangat rapi. Saya juara, Rossi runner-up dan Yamaha juara konstruktor, haha...!

Raul :Kami…? Maksudnya anda dan …?

Lorenzo :Yaa…! Saya dan Rossi. Dan tentu saja tim kami, Yamaha, hahaha…! Pedrosa cerdik hingga mampu tampil konsisten, tapi Marquez sungguh bodoh. Terpancing, wkwkwk…! 

Raul :Maksudnya anda dan Rossi sengaja melakukannya…?

Lorenzo :Sengaja atau tidak itu relatif. Saat Rossi tuduh Marquez bantu saya di seri Australia itu sebetulnya karena emosi sesaat Rossi yang sedang kesal. Ketika Pedrosa belakangan menanjak, itu sangat membantu saya untuk mengejar poin Rossi yang sebelumnya sudah unggul jauh. Nah, sekalian saja isu itu dibesar-besarkan media. Mereka (Marquez dan Pedrosa) dianggap beneran bantu saya karena kami sama-sama berasal dari Spanyol. Padahal sangat jelas itu tak benar.

Raul :Tak benarnya dari mana?

Lorenzo :Sangat jelas kok! Pertama: saya dan Rossi satu tim. Sementara Marquez dan Pedrosa juga satu tim. Kan aneh? Masa tim lawan malah bantu tim lawan? 

Raul :Karena yang punya peluang juara kan tinggal anda dan Rossi?

Lorenzo :Apa mereka tak ingin juara konstruktor (pabrikan)?

Raul :Gengsinya kurang menarik mungkin?

Lorenzo :Hey dengar! Tim selalu lebih penting ketimbang anggotanya, kan? Perusahaan selalu lebih besar ketimbang karyawannya, kan? Ohya, kau suka sepakbola kan? Tim favoritmu apa? Tau Arsenal? Henry, Fabregas dan Van Persie itu adalah bintang utama mereka. Semuanya bahkan kapten pula. Tapi karena ingin pindah ya, Arsenal lepas mereka, kan? Honda jelas lebih besar ketimbang Marquez dan Pedrosa. Pun begitu saya dan Rossi jelas kalah penting ketimbang Yamaha. Jika mereka sudah tak suka, walau berstatus juara dunia dan legenda, mereka bisa saja depak kami.

Raul :Jadi soal Spanish dan Italiano itu cuma kerjaan media doank?

Lorenzo :Masih kurang jelas? Yang membayar gaji kami adalah Honda dan Yamaha, bukan Spanyol dan Italia.

Raul :Tapi kan gengsi negara ikut dipertaruhkan?

Lorenzo :Apa yang mesti Spanyol atau Italia banggakan? Kami kalah telak sama Jepang di bidang motor, hahaha…! 

Raul :Berarti nasionalisme atau profesinalisme?

Lorenzo :Budaya kita memang beda. Barat dan Timur sangat jauh bedanya. Kalian di Indonesia begitu agung-agungkan nasionalisme. Kalian bisa begitu jijiknya dengan prilaku para pemimpin kalian, tapi jika Indonesia diledek Malaysia misalnya, Pasukan Berani Mati muncul di mana-mana, tanpa diminta. Sementara kami di Barat, profesionalisme lah yang paling utama. Ingat kita hidup untuk makan, kan? Hahaha…! Negara kalian kaya sumber alamnya. Acara kontes-kontesan marak. Siapa saja bisa eksis masuk tipi jika mau ikut acara kontes-kontesan tersebut. Semua mudah di dapat. Sementara, tanpa sikap profesionalisme, sulit buat kami untuk tetap survive. 

Raul :Profesionalisme di atas nasionalisme?

Lorenzo :Tidak begitu! Yang pasti adalah Presiden FIFA jauh lebih punya kuasa ketimbang Presiden suatu negara sekaliber Amerika sekalipun. Dan sebagai olahragawan, kami mengerti pentingnya memisahkan antara nasionalisme dan profesionalisme. Lagi pakai jersey klub atau seragam timnas? Pantas saja prestasi olahraga kalian berantakan. Bahkan menteri olahraga saja tak mengerti apa itu olahraga, haha…!

Raul :Maksudnya?

Lorenzo :Sudah jelas olahraga itu tak boleh diotak-atik bahkan oleh Presiden sekalipun. Ehh, dengan PeDenya bekukan PSSI, haha…!

Raul :Kalau yang itu ga usah dibahas lagi, Mas! Udah cukup. Ga usah dipanas-panasin lagi. Mending kita ngomongin yang asyik-asyik aja, gimana?

Lorenzo :Salam ya, sama si Jambul Khatulistiwa, hahaha…!

Raul :Ouuwh, masih ingat sama orang itu? Suka nonton Halo Selebriti juga ya, Mas?

Lorenzo :Yaa, donk! Hahaha…! Udah syantiek, ramah pula.

Raul :Ramah, baik hati dan suka menolong itu khas Indonesia banget, Mas!
Lorenzo :100%. Bahkan saking baiknya itulah maka Menteri Keuangan kalian ingin pinjam duit rakyat untuk bantu ekonomi nasional, hahaha…! Udah berapa terkumpul ‪#‎CoinForJokowi‬?

Raul :Ehh, yang itu tahu juga?

Lorenzo :Ya iyalah! Kan saya followernya, si Presiden Hestek @ypaonganan, hahaha…!

Raul : (Hening)

*Tamat

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...