Begitu banyak persoalan serius
yang butuh dibereskan kenapa merepotkan diri dengan soal yang sangat remeh?
Beberapa orang teman mengomentari
postingan status Facebook saya tentang Zaskia Gotik kemaren. Karena postingannya sarat
dengan pesan (as always as usually, wakekekek…!) maka beragam pula bunyi
komentar mereka. Mulai dari cuma ber-haha…haha… sampai kepada komentar serius
yang mengajak diskusi. Karena itulah pula komen mereka saya balas satu demi
satu tergantung konteks pesan yang ditangkap dan ditanggapinya. Seorang teman
membahas tentang perlu tidaknya mempersoalkan Zaskia Gotik. Diskusi berjalan
lancar sampai…
Seorang teman lain ikutan
membalas komentar, berniat nimbrung dalam diskusi kami dengan membawa sudut
pandang yang lain. Sangat menarik dan berpotensi menciptakan diskusi yang
asyik. Karena tanggapan baru ini juga berkualitas tentu butuh tanggapan yang
juga berkualitas. Maka sayapun butuh sedikit waktu untuk berpikir dan menyusun
tanggapan saya. Sayang, teman yang komentarnya dibalas itu malah menghapus
komennya hingga semua diskusi kami lenyap tanpa bekas. Tapi sebelumnya dia
sempat kirim pesan di inbox saya.
“Dah datang pula orang sok tau
hukum di komentarku. Maaf yaa, Raul! Komentar ku hapus saja. Malas aja liat
orang nimbrung di komentarku. Harusnya kan dia bisa komen di kolom baru”,
kurang lebih begitulah terjemahannya dari bahasa kampung kami, hahaha…!
Sosmed mestinya hanyalah tempat
berbagi manfaat dan kegembiraan. Bila buat galau, bijaknya tutup akun saja.
Teman ini sebetulnya termasuk seorang ‘selebriti facebook’. Apa saja
postingannya selalu dibanjiri like dan komentar. Abaikan saja fakta bahwa dia
seorang wanita yang cantik, walau sudah sudah veteran, hahaha…! (Dia lebih tua
dari saya) Mestinya, dia gembiralah karenanya. Jujur, saya sendiri iri terhadap
popularitasnya itu. Tak munafik, saya juga sangat gembira jika postingan saya
di-like dan dikomentari oleh banyak orang. Apalagi bila para pemberi atensi itu
cewek, cantik dan layak taksir pula, hahaha…!
Tapi betapa rumitnya hidup teman
ini. Hanya karena komentarnya dibalas orang lain (dan bukan saya sendiri)
hatinya bergolak. Padahal yang membalas cuma ingin nimbrung dalam diskusi kami
berdua. Jika tak ingin diikut campuri, mestinya untuk menanggapi postingan saya
itu di tempat yang lebih private saja, seperti kotak pesan misalnya. Mau saling
debat dan perang emoticon pun bisa dan tak bakal ada yang ikutan usil, hehe…!
Lihat kan, betapa seriusnya teman
ini. Saking seriusnya dia sampai tak enak hati menghapus komentarnya sendiri
tanpa minta ijin dulu terhadap saya sebagai TS-nya. Tak semua gatal butuh
digaruk. Masalah akan bertambah, gatal makin menjalar. Sebab ada yang luput
dari kalkulasinya. Orang yang dia bilang sok tau hukum itu adalah bako, sepupu
saya sendiri, hahahaha…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar