Halaman

6 Apr 2016

Tak Semua Gatal Butuh Digaruk 2



Begitu banyak persoalan serius yang butuh dibereskan kenapa merepotkan diri dengan soal yang sangat remeh?

Beberapa orang teman mengomentari postingan status Facebook saya tentang Zaskia Gotik kemaren. Karena postingannya sarat dengan pesan (as always as usually, wakekekek…!) maka beragam pula bunyi komentar mereka. Mulai dari cuma ber-haha…haha… sampai kepada komentar serius yang mengajak diskusi. Karena itulah pula komen mereka saya balas satu demi satu tergantung konteks pesan yang ditangkap dan ditanggapinya. Seorang teman membahas tentang perlu tidaknya mempersoalkan Zaskia Gotik. Diskusi berjalan lancar sampai…

Seorang teman lain ikutan membalas komentar, berniat nimbrung dalam diskusi kami dengan membawa sudut pandang yang lain. Sangat menarik dan berpotensi menciptakan diskusi yang asyik. Karena tanggapan baru ini juga berkualitas tentu butuh tanggapan yang juga berkualitas. Maka sayapun butuh sedikit waktu untuk berpikir dan menyusun tanggapan saya. Sayang, teman yang komentarnya dibalas itu malah menghapus komennya hingga semua diskusi kami lenyap tanpa bekas. Tapi sebelumnya dia sempat kirim pesan di inbox saya.

“Dah datang pula orang sok tau hukum di komentarku. Maaf yaa, Raul! Komentar ku hapus saja. Malas aja liat orang nimbrung di komentarku. Harusnya kan dia bisa komen di kolom baru”, kurang lebih begitulah terjemahannya dari bahasa kampung kami, hahaha…!

Sosmed mestinya hanyalah tempat berbagi manfaat dan kegembiraan. Bila buat galau, bijaknya tutup akun saja. Teman ini sebetulnya termasuk seorang ‘selebriti facebook’. Apa saja postingannya selalu dibanjiri like dan komentar. Abaikan saja fakta bahwa dia seorang wanita yang cantik, walau sudah sudah veteran, hahaha…! (Dia lebih tua dari saya) Mestinya, dia gembiralah karenanya. Jujur, saya sendiri iri terhadap popularitasnya itu. Tak munafik, saya juga sangat gembira jika postingan saya di-like dan dikomentari oleh banyak orang. Apalagi bila para pemberi atensi itu cewek, cantik dan layak taksir pula, hahaha…!

Tapi betapa rumitnya hidup teman ini. Hanya karena komentarnya dibalas orang lain (dan bukan saya sendiri) hatinya bergolak. Padahal yang membalas cuma ingin nimbrung dalam diskusi kami berdua. Jika tak ingin diikut campuri, mestinya untuk menanggapi postingan saya itu di tempat yang lebih private saja, seperti kotak pesan misalnya. Mau saling debat dan perang emoticon pun bisa dan tak bakal ada yang ikutan usil, hehe…!

Lihat kan, betapa seriusnya teman ini. Saking seriusnya dia sampai tak enak hati menghapus komentarnya sendiri tanpa minta ijin dulu terhadap saya sebagai TS-nya. Tak semua gatal butuh digaruk. Masalah akan bertambah, gatal makin menjalar. Sebab ada yang luput dari kalkulasinya. Orang yang dia bilang sok tau hukum itu adalah bako, sepupu saya sendiri, hahahaha…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...