Halaman

22 Mei 2016

Anomali Desain Mesjid

Setahun belakangan ada satu mesjid yang begitu nge-hits di Batam, yaitu Mesjid Jabal Arafah. Terletak di pusat kota Nagoya dengan komplek dunia bisnis di sekelilingnya termasuk beberapa Mall seperti Nagoya Hill. Penasaran dengar cerita bahwa ada mesjid yang begitu megahnya (selain Mesjid Agung Batam), saya coba lah pula ‘main-main’ ke sana. Dan benar saja. Mulai dari karpet yang tebalnya mungkin mencapai 10mm, juga ada perpustakaan dan toko buku, sepatu, sendal parfum dan busana muslim. 

Tapi dari pengalaman 3X ke sana ada satu hal yang sangat menganggu pikiran saya selaku seorang yang sedang shaleh (kan dalam rangka sholat) smile emotikon Bukan soal mesjid yang dijadikan lokasi selfie oleh banyak pasangan, baik legal dan apalagi ilegal itu. Tapi soal desain mesjid yang sangat tidak Islami.

Benar, ada banyak mesjid dan juga musholla yang juga keliru desain. Tempat wudhu yang bercampur aduk antara laki dan wanita misalnya. Tapi di mesjid kebanggaan Kota Batam yang satu ini sedikit beda persoalannya. Tempat wudhu sudah benar, besar, mewah dan terpisah pula antara pria dan wanitanya. Yang bermasalah adalah posisi tempat wudhu wanita. 

Untuk mencapai tempat wudhu, kaum ibu itu mesti melewati barisan jamaah laki-laki. Dan ini sangat tidak Islami, setidaknya bagi kami-kami kaum pria yang sedang shaleh temporer ini, hahaha…! Bayangkan deh, saat lagi kongkow-kongkow abis sholat misalnya, ada mamah-mamah muda berlenggak-lenggok mau atau pulang dari tempat wudhu’nya. 

Jika soal tempat wudhu tanpa batas yang tegas antara pria dan wanita di mesjid atau musholla saya ‘masih sedikit mengerti’. Sebab sebagaimana dianjurkan untuk wanita lebih baik sholat di rumah. Lagipula kalaupun hendak berjamaah di mesjid/musholla, wanita biasanya sudah berwudhu duluan di rumahnya masing-masing. Tapi untuk mesjid Jabal Arafah ini jelas beda persoalannya.

Mesjid ini bukanlah mesjid pemukiman penduduk. Mesjid ini adalah tempat sholat bagi semua orang yang sedang berada di dekat situ. Misalnya bagi karyawan atau yang sedang belanja di Nagoya Hill tentu butuh sholat juga. Sholat di musholla mall yang sangat kecil tentu merepotkan. Supir-supir taksi, tukang ojek atau pedagang kaki lima di sekitaran situ tentu juga paling idealnya sholat di sana. Intinya, mesjid yang satu ini adalah mesjid milik semua muslim dan muslimah. Dan desain mesjid yang keliru ini sebetulnya bukan persoalan yang bisa diremehkan begitu saja.

Inilah pentingnya kenapa Islam perintahkan umat untuk belajar. Umat Islam mesti pintar, sehingga untuk membangun mesjid tidak menggunakan kontraktor non muslim. Pimpro, designer, konsultan dan seluruh stakeholder pembangunan mesjid mestilah orang Islam sendiri. Pun begitu dengan hal-hal lainnya. Nah bagaimana bisa menjalani hidup yang Islami, jika Cuma untuk membangun tempat sholat saja kita mesti mempercayakan pada mereka yang bukan Islam…?

*Naudzubillahi min zalik…!

1 komentar:

  1. Sampai ngeh sedetail itu yo kak??apalagi di bagian "mamah-mamah muda berlenggak-lenggok", cieee yang lagi diuji imannya, wihihihihi :D

    BalasHapus

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...