Beberapa waktu lalu HP saya hilang. Sebulanan kemudian saya tahu HP tersebut
dipakai oleh si Itu, seorang teman nongkrong (juga).
"Si Itu teman si Anu", jawab saya.
Dan orang yang bertanya ini lalu percaya bahwa si Anu-lah pencurinya, sebab selain track record-nya yang hitam, dia memang 'punya akses' untuk melakukannya.
Jadi siapa sebetulnya yang mencuri? Pilih jawaban berikut analisa dan penjelasannya.
A. Si Itu
B. Si Anu
C. Si Ini
D. Bukan ketiganya.
*Survey serius
Yang di atas itu adalah status Facebook saya beberapa waktu lalu. Status tersebut saya post karena terinspirasi oleh jawaban si penanya. Keyakinannya bahwa Si Anu-lah yang mencuri membuat saya merasa perlu membuat sebuah survey. Yaa, berupa status tersebut, hehehe…!
Lumayan ada tanggapan, tapi tak begitu
sesuai dengan ekspektasi saya. Ada yang menduga saya sedang berteka-teki as
always, hahaha…! Maka yang dianalisanya justru kalimat-kalimat postingan saya.
Ada juga yang menuduh pelakunya adalah saya sendiri tanpa menganalisa sama
sekali. Ada pula yang malah mengomentari saya yang hobi kehilangan handphone,
hahaha…! Jadi komentar mereka terpaksa kita abaikan saja.
Walau begitu, ternyata ada satu orang yang
ternyata menganggap postingan itu survey betulan. Dan kesimpulannya sama dengan
si penanya dalam postingan saya itu: pencurinya adalah si Anu. Sayangnya tanpa
memberikan sedikit analisa seperti yang saya perlukan. Tapi walau begitu saya
yakin bahwa dia juga punya alasan yang sama dengan si penanya.
Maka kesimpulan saya, mereka menuduh si Anu
karena selain rekam jejak yang hitam, dia juga punya akses untuk melakukannya.
Padahal mereka keliru. Dugaan saya, malah si Ini pelakunya. Bad storiesnya juga
tak kalah kelam. Dia juga teman dekat si Itu. Tapi yang lebih meyakinkan saya
adalah bahwa dia jauh lebih punya akses ketimbang si Anu.
Mengapa tak ada yang menduga si Ini
pelakunya? Karena saya tak memberikan keterangan sedikitpun tentangnya. Inilah
sebabnya dan itulah akibatnya. Informasi yang tak mendetail ternyata begitu
bahayanya. Terbukti bahwa 2 orang yang saya tanya semuanya menuduh si Anu. Lalu
apakah sebagai pemberi berita saya bisa mutlak disalahkan?
Tidak juga. Mestinya terhadap si penanya
saya menjawab bahwa si Itu itu teman si Ini, bukan teman si Anu, sebab si Itu
itu selain teman si Anu adalah juga teman si Ini. Persoalannya adalah bahwa si
penanya hanya kenal Si Anu, bukan si Ini. Itulah kenapa terhadap pertanyaannya
saya menjawab bahwa si Itu teman si Anu, sebab yang dia kenal adalah si Anu,
bukan si Ini.
Bingung? Bodo amat, hahahaha….!
Tapi apakah di postingan yang ditujukan
untuk survey itu saya juga bisa disalahkan? Tidak juga, sebab yang saya survey
bukanlah berapa banyak yang menuduh si Ini, Si Anu atau si Itu. Saya hanya
ingin melakukan riset dampak dari sebuah omongan, tulisan dan sebagainya yang
gagal memenuhi unsur etik jurnalisme. Dan terbukti, bahwa omongan dan tulisan
yang gagal etik itu dampaknya bisa menjadi fitnah luar biasa, bahkan walau
dilakukan tanpa niat dan kesengajaan sama sekali, hiiiks….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar