Halaman

17 Mei 2016

Saya, Si Itu, Si Anu dan Si Ini

Beberapa waktu lalu HP saya hilang. Sebulanan kemudian saya tahu HP tersebut dipakai oleh si Itu, seorang teman nongkrong (juga). 

"Si Itu siapa?", seseorang bertanya.

"Si Itu teman si Anu", jawab saya.

Dan orang yang bertanya ini lalu percaya bahwa si Anu-lah pencurinya, sebab selain track record-nya yang hitam, dia memang 'punya akses' untuk melakukannya.

Jadi siapa sebetulnya yang mencuri? Pilih jawaban berikut analisa dan penjelasannya.

A. Si Itu
B. Si Anu
C. Si Ini
D. Bukan ketiganya.


*Survey serius

Yang di atas itu adalah status Facebook saya beberapa waktu lalu. Status tersebut saya post karena terinspirasi oleh jawaban si penanya. Keyakinannya bahwa Si Anu-lah yang mencuri membuat saya merasa perlu membuat sebuah survey. Yaa, berupa status tersebut, hehehe…!

Lumayan ada tanggapan, tapi tak begitu sesuai dengan ekspektasi saya. Ada yang menduga saya sedang berteka-teki as always, hahaha…! Maka yang dianalisanya justru kalimat-kalimat postingan saya. Ada juga yang menuduh pelakunya adalah saya sendiri tanpa menganalisa sama sekali. Ada pula yang malah mengomentari saya yang hobi kehilangan handphone, hahaha…! Jadi komentar mereka terpaksa kita abaikan saja.

Walau begitu, ternyata ada satu orang yang ternyata menganggap postingan itu survey betulan. Dan kesimpulannya sama dengan si penanya dalam postingan saya itu: pencurinya adalah si Anu. Sayangnya tanpa memberikan sedikit analisa seperti yang saya perlukan. Tapi walau begitu saya yakin bahwa dia juga punya alasan yang sama dengan si penanya.

Maka kesimpulan saya, mereka menuduh si Anu karena selain rekam jejak yang hitam, dia juga punya akses untuk melakukannya. Padahal mereka keliru. Dugaan saya, malah si Ini pelakunya. Bad storiesnya juga tak kalah kelam. Dia juga teman dekat si Itu. Tapi yang lebih meyakinkan saya adalah bahwa dia jauh lebih punya akses ketimbang si Anu.

Mengapa tak ada yang menduga si Ini pelakunya? Karena saya tak memberikan keterangan sedikitpun tentangnya. Inilah sebabnya dan itulah akibatnya. Informasi yang tak mendetail ternyata begitu bahayanya. Terbukti bahwa 2 orang yang saya tanya semuanya menuduh si Anu. Lalu apakah sebagai pemberi berita saya bisa mutlak disalahkan?

Tidak juga. Mestinya terhadap si penanya saya menjawab bahwa si Itu itu teman si Ini, bukan teman si Anu, sebab si Itu itu selain teman si Anu adalah juga teman si Ini. Persoalannya adalah bahwa si penanya hanya kenal Si Anu, bukan si Ini. Itulah kenapa terhadap pertanyaannya saya menjawab bahwa si Itu teman si Anu, sebab yang dia kenal adalah si Anu, bukan si Ini.

Bingung? Bodo amat, hahahaha….!

Tapi apakah di postingan yang ditujukan untuk survey itu saya juga bisa disalahkan? Tidak juga, sebab yang saya survey bukanlah berapa banyak yang menuduh si Ini, Si Anu atau si Itu. Saya hanya ingin melakukan riset dampak dari sebuah omongan, tulisan dan sebagainya yang gagal memenuhi unsur etik jurnalisme. Dan terbukti, bahwa omongan dan tulisan yang gagal etik itu dampaknya bisa menjadi fitnah luar biasa, bahkan walau dilakukan tanpa niat dan kesengajaan sama sekali, hiiiks….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...