Halaman

9 Jan 2017

Saya, Cacing dan Ayam-ayam Yang Tak Berkacamata Itu...!



Begitu ayunan cangkul saya nancap di tanah mereka dengan sigap bergerombol berebut cacing. Selalu begitu. Ini amat mengganggu kegiatan saya mencangkul. Sempat tebersit niat sebetulnya mengayun cangkul untuk mencederai satu diantara mereka agar dapat efek jera dan jadi pelajaran bagi rekan-rekannya sesama ayam juga. Gajah saja ogah jatuh ke lobang yang sama 2x. Saya percaya kata-kata bijak ini, walau sama sekali belum pernah melihat gajah jatuh ke lobang. Apalagi jatuhnya 2x pula. Apalagi jatuhnya yang 2x itu pada lobang yang sama pula. Bahkan jangankan melihat gajah jatuh masuk lobang, melihat gajah kesandung atau kepeleset sekalipun saya belum pernah.

Tapi, tunggu…!

Kalau tak salah dulu saya memang pernah membaca ada gajah yang jatuh masuk lobang yang sama 2x. Tapi itu sudah lama sekali. Saat itu rasanya saya masih SD. Kalau tak salah ceritanya kancil dan gajah, hahaha…!
Kancil dan gajah sama-sama jatuh ke dalam lobang yang sama. Kancil yang cerdik akhirnya bisa keluar dengan menipu si gajah…

Ehh, tunggu…!

Maaf, kalau tak salah ceritanya bukan tentang kancil dan gajah ya? Tapi cerita kancil dan harimau? Yang benar yang mana sih, gajah atau harimau? Hahaha…!

Abaikan! Kita anggap saja itu memang cerita tentang kancil dan gajah yang terjatuh masuk lobang. Tapi persoalannya ini kan bukan tentang gajah? Juga bukan soal kancil, apalagi harimau? Ini tentang ayam, hahaha…!

Dan ayam bukanlah gajah. Adduuuuh…! Kenapa sih ini tulisan bisa jadi kacau begini ya?

Dokteeeeer….! Susteeeeeer….! Pendarahan gegara jerawat pecah sebelum waktunya  ga ngaruh sama kinerja otak kan, ya?

Oke, konsentrasi!

Kegiatan saya mencangkul di kebun diganggu oleh gerombolan ayam pemburu cacing. Gangguan merekea di tengah haus dan cuaca yang terik begini sangat rentan memicu amarah saya. Sungguh, kalau bukan karena segan terhadap tuannya itu ayam-ayam sudah punah saya basmi, hahaha…!

Tapi sebelum itu sempat kejadian saya menyadari betapa hebatnya kuasa Allah SWT. Bayangkan cacing yang karena lembutnya sampai saya ga berani membayangkan untuk menginjak-injaknya ternyata juga begitu kuatnya. Badannya yang lembut itu ternyata begitu enteng saja baginya menembus tanah menghindari horornya patukan ayam dan ayunan cangkul saya. Kepalanya begitu lincah membawa badannya menghilang dalam gelapnya tanah. Imajinasikan bagaimana rasanya jika kita coba pula menembus tanah menggunakan kepala seperti yang dilakukan oleh si cacing!

Itu baru soal cacing. Lihat pula betapa menakjubkan anugerah yang diberikan Allah SWT terhadap ayam. Walau rabun ( itulah kenapa ada istilah rabun ayam) dan tak pakai kacamata, faktanya mata rabun mereka selalu lebih duluan melihat cacing ketimbang mata normal saya. Masya Allah, Allahu Akbar…!

Allahu Akbar…! Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...