Halaman

13 Apr 2017

Maafkan saya, Tuan Patriot!

Dan lusa kemaren kita kembali dikejutkan dengan video kampanye provokatif Ahok. Dan emosi saya pun kembali membuncah. Ini sudah keterlaluan. 

2 tahun lalu saya sudah menulis tentang Maria Felicia Gunawan, pahlawan2 bulutangkis Indonesia dan tentu saja termasuk soal Rio Haryanto. Silakan baca ulang tulisan saya mulai 17 Agustus 2015 sampai Desember tahun yang sama. Saya curiga viralnya mereka pasti punya maksud tertentu. Dan sekarang terbukti kecurigaan saya. Lihatlah video kampanye tersebut! Video tersebut sangat jahat dan sarat fitnah nan menghasut. Mereka (Ahok dan timnya) adalah orang-orang yang berbahaya bagi kedamaian di Indonesia. Sangat mengancam eksistensi Bhinneka Tunggal Ika yang justru sangat mereka agung-agungkan. 

Karena Ahok, saya sampai ‘tega’ berprangka terhadap saudara seiman saya yang hafidz: Rio Haryanto, hanya karena dia dari etnis Cina. Maafkan saya, akhi…!

Karena Ahok, prestasi Maria Felicia Gunawan, siswa yang didaulat sebagai pembawa bendera pusaka merah putih bagi saya tak ada nilainya. Itu bukan prestasi, walau bahkan terpilih sebagai pengibar bendera  upacara Senin pagi di sekolah saja saya tak pernah. Maaf yaa, Dik Maria! Dekali lagi maaf, ini karena mata sipitmu.

Karena Ahok, saya sekarang benci terhadap Rudy Hartono dan kawan-kawan dengan the seven magnificient-nya. Saya benci dengan para pendekar Cipayung, Alan Budikusuma, Susi Susanti dan kawan-kawan. Kenapa di akhir milenia dulu tak kita setujui saja wacana IOC agar bulutangkis tak dipertandingkan di Olimpiade. Banyak jenis olahraga dan permainan lainnya yang potensial kita kuasai. Kita mestinya perjuangkan saja domino, koa, ceki, qiu-qiu agar ikut dipertandingkan di Olimpiade. Kita punya sangat banyak talenta di cabor tersebut. Mulai dari kelompok umur U-17 sampai kelompok umur U-71 kita punya. Medali emas praktis 90% milik kita.Maka kita tak butuh lagi, Alan Budikusuma atau Susi Susanti. Kita beda. Kita pribumi Indonesia, mereka dari keturunan Cina. Maaf…!

Maafkan saya! Demi mereka, beberapa tulisan visioner saya terpaksa tak saya muat di buku, beberapa bahkan terpaksa saya hapus mengingat tak banyak pembaca yang bisa ‘membaca’ maksudnya. Tulisan-tulisan yang sebetulnya untuk mengingatkan betapa berbahayanya rejim ini, bukan saja bagi kami kaum muslim pribumi, tapi juga bagi kalian yang non muslim dan dari etnis Cina. Lihatlah video tersebut. Jika kami muslim pribumi ini mau, habis kalian semua. Silahkan baca dan kaji sejarah Islam versi mana saja! Islam tak pernah kalah nyali, jika perang memang mesti terjadi.

Saya tak pernah benci non muslim. Saya bahkan sangat menyanjung betapa heroiknya Wolter Robert Monginsidi. Potonya yang mati gagah memeluk Injil dihadapan regu tembak Belanda jelas lebih layak dipajang di kamar ketimbang poster Kurt Cobain, vocalist Nirvana yang mati putus asa itu.Tapi…!

Yaa, tapi…!

Sekarang saya benci kenapa dulu begitu menyanjungnya. Saya mulai mencurigai sejarahnya. Benarkah dia memang mati bersama kitab suci Injilnya? Lebih jauhnya lagi, benarkah di Indonesia ini memang ada pahlawan perjuangan bernama Wolter Robert Monginsidi? Fakta sejarah? Maaf, sekarang saya mulai ragu. Maafkan saya, Tuan Patriot! Ini semua gara-gara video kampanye tersebut. Video kampanye Ahok-Djarot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...