Dan lusa kemaren kita kembali dikejutkan dengan video
kampanye provokatif Ahok. Dan emosi saya pun kembali membuncah. Ini sudah
keterlaluan.
2 tahun lalu saya sudah menulis tentang Maria Felicia
Gunawan, pahlawan2 bulutangkis Indonesia dan tentu saja termasuk soal Rio
Haryanto. Silakan baca ulang tulisan saya mulai 17 Agustus 2015 sampai Desember
tahun yang sama. Saya curiga viralnya mereka pasti punya maksud tertentu. Dan
sekarang terbukti kecurigaan saya. Lihatlah video kampanye tersebut! Video
tersebut sangat jahat dan sarat fitnah nan menghasut. Mereka (Ahok dan timnya)
adalah orang-orang yang berbahaya bagi kedamaian di Indonesia. Sangat mengancam
eksistensi Bhinneka Tunggal Ika yang justru sangat mereka agung-agungkan.
Karena Ahok, saya sampai ‘tega’ berprangka terhadap saudara
seiman saya yang hafidz: Rio Haryanto, hanya karena dia dari etnis Cina.
Maafkan saya, akhi…!
Karena Ahok, prestasi Maria Felicia Gunawan, siswa yang
didaulat sebagai pembawa bendera pusaka merah putih bagi saya tak ada nilainya.
Itu bukan prestasi, walau bahkan terpilih sebagai pengibar bendera upacara Senin pagi di sekolah saja saya tak
pernah. Maaf yaa, Dik Maria! Dekali lagi maaf, ini karena mata sipitmu.
Karena Ahok, saya sekarang benci terhadap Rudy Hartono dan
kawan-kawan dengan the seven magnificient-nya. Saya benci dengan para pendekar
Cipayung, Alan Budikusuma, Susi Susanti dan kawan-kawan. Kenapa di akhir
milenia dulu tak kita setujui saja wacana IOC agar bulutangkis tak
dipertandingkan di Olimpiade. Banyak jenis olahraga dan permainan lainnya yang
potensial kita kuasai. Kita mestinya perjuangkan saja domino, koa, ceki,
qiu-qiu agar ikut dipertandingkan di Olimpiade. Kita punya sangat banyak
talenta di cabor tersebut. Mulai dari kelompok umur U-17 sampai kelompok umur
U-71 kita punya. Medali emas praktis 90% milik kita.Maka kita tak butuh lagi, Alan Budikusuma atau Susi Susanti. Kita beda. Kita pribumi Indonesia, mereka dari keturunan
Cina. Maaf…!
Maafkan saya! Demi mereka, beberapa tulisan visioner saya
terpaksa tak saya muat di buku, beberapa bahkan terpaksa saya hapus mengingat
tak banyak pembaca yang bisa ‘membaca’ maksudnya. Tulisan-tulisan yang
sebetulnya untuk mengingatkan betapa berbahayanya rejim ini, bukan saja bagi
kami kaum muslim pribumi, tapi juga bagi kalian yang non muslim dan dari etnis
Cina. Lihatlah video tersebut. Jika kami muslim pribumi ini mau, habis kalian
semua. Silahkan baca dan kaji sejarah Islam versi mana saja! Islam tak pernah
kalah nyali, jika perang memang mesti terjadi.
Saya tak pernah benci non muslim. Saya bahkan sangat
menyanjung betapa heroiknya Wolter Robert Monginsidi. Potonya yang mati gagah
memeluk Injil dihadapan regu tembak Belanda jelas lebih layak dipajang di kamar
ketimbang poster Kurt Cobain, vocalist Nirvana yang mati putus asa itu.Tapi…!
Yaa, tapi…!
Sekarang saya benci kenapa dulu begitu menyanjungnya. Saya
mulai mencurigai sejarahnya. Benarkah dia memang mati bersama kitab suci
Injilnya? Lebih jauhnya lagi, benarkah di Indonesia ini memang ada pahlawan
perjuangan bernama Wolter Robert Monginsidi? Fakta sejarah? Maaf, sekarang saya
mulai ragu. Maafkan saya, Tuan Patriot! Ini semua gara-gara video kampanye
tersebut. Video kampanye Ahok-Djarot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar