Halaman

27 Agu 2017

Kejahilan Silam

Poto-poto seksi saya tersebar di internet. Ini untuk kesekian kalinya. Ada baiknya juga akun Facebook lama saya disuspend. Di situ bertebaran poto-poto candid saya kiriman teman. Beragam angle, tapi posenya identik, saya sedang tidur. Tapi karena teman-teman terlihat menikmatinya, maka saya ikhlaskan saja demi kegembiraan bersama. Sama seperti yang kali ini.

Poto kenangan silam dengan pose sedang tidur dengan seragam kerja. Ini tentu menghasut teman-teman mengomentarinya, terutama teman-teman sekerjaan dulu. Maka poto tersebut jadi ajang bully dan nostalgia. Saya jadi ingat kejahilan silam yang berkali-kali dulu saya buat selama bekerja. Termasuk dengan teman yang satu ini.

Di kalangan warga section printing sudah bukan rahasia lagi, supervisor kami begitu ngefans terhadap seorang cewek teman sekerjaan juga. Begitu gempitanya, maka segala hal terkait si Cicit (sebut saja begitu) akan dikoleksinya. Termasuk soal poto tentunya.

Beberapa hari sebelumnya perusahaan mengadakan acara rutin tahunan, buka bersama. Perusahaan kami memang bernuansa kekeluargaan. Perusahaan sering adakan beragam kegiatan yang mengakrabkan seperti acara anniversary dan family gathering, buka bersama atau halal bihalal. Poto-poto seputaran acara tersebut disimpan di komputer perusahaan dan bisa dilihat di shared folder. Apes sekali nasib supervisor kami tersebut. Diantara sekian poto yang dishare, tak satupun ada poto sang idola. Lebih tepatnya tak ada potonya yang sendirian. Akhirnya dipilihlah salah satu poto sang idola yang sedang bersama teman cewek lainnya, (sebut saja si Lalan, wkwkwwk...!) untuk di print.

Saya yang over kreatif tak tahan juga melihat poto tersebut nangkring di mejanya. Bukan karena cemburu atau apa. Bagi saya tegas saja, pokoknya Rani harga mati. Saya cuma gemas saja liat poto itu. Saat si Boss sedang tak ada, poto tersebut saya ambil dan coret-coret, membuat semacam meme. Saya masih ingat apa yang saya tulis saat itu. Saya buat semacam dialog antara dua orang cewek tentang seorang cowok bernama Raul.

Cicit :Ehh, yang namanya Raul itu orangnya kayak gimana sih?

Lalan :Ehh kenapa? Suka juga sama dia? Enak aja! Raul buat aku.

Melihat itu teman-teman yang lain tak tinggal diam. Mereka ikut berkreasi, melanjutkan meme yang saya buat. Satu diantaranya yang saya juga masih ingat adalah:

Raul YES...! Mashar NO...!

Saya ingat karena saya juga yang nulis, hahaha...! Maafkan yaa, Mak Janet! Yang saya tulis cuma yang dua itu. Yang lainnya tulisan teman-teman. Ga tahu siapa saja. Pokoknya saat itu sudah rusuh saja, hahaha...!

Poto penuh coretan tersebut saya tempel di lemari kerja di ruangan saya, ciehhh...! Alasan saya waktu itu, jika ditempel di ruang sablon, terlalu banyak orang mondar-mandir di sana. Tapi apa lacur, dugaan saya keliru.

Ruangan saya memang sedikit ekslusif. Tak sembarang orang diberi akses memasukinya. Dan itulah persoalannya. Ruangan saya cuma dimasuki oleh orang-orang penting, hahaha...!

Gempar, begitu kira-kira media mengabarkannya. Nyaris seluruh petinggi melihat kreasi meme kami tersebut. Dan saya pucat saat manejer si Lalan ikut pula melihatnya.

Waktu itu saya sedang di ruang sebelah. Biasa, saya memang merasa tak asyik saja melototi mesin bekerja. Maka setelah mesin saya operasikan saya main-main ke ruang sebelah. Dari sebelah saya tetap bisa mengamatinya sebab kedua ruangan tersebut hanya dibatasi dinding kaca.  Saat itulah sang manejer masuk. Dan posisi meme tersebut yang memang letaknya sangat strategis tentu saja langsung dilihat dan dibacanya.

Spontan setelahnya si manejer melihat ke arah ruang sebelah, ke arah kami. Saya dan juga teman yang lain pucat pasi.  Tak lama berselang sang manejer pergi, terlihat seperti buru-buru. Waah, bakalan gawat ini. Dan belum sempat kami berunding menentukan tindakan yang mesti diambil, beliau telah kembali. Kali ini membawa anggotanya, Si Lalan. Kami masih di sebelah begitu mereka berdua sampai di sana. Si Lalan langsung cemberut, sementar sang manejer tertawa lepas. Puas sekali kelihatannya anggotanya digoda begitu rupa, hahaha...!

Dengan tampang cemberut si Lalan mencopot buah karya kami tersebut dan merobek-robek, walau percuma. Beberapa orang sempat mengabadikannya dan menshare ulang di shared folder, hahaha...!

Dan sepertinya dia langsung tau siapa otak pelakunya. Berbulan-bulan kemudian saya didiamkannya. Tak lagi diladeninya gombal-gombalan jahil saya seperti sebelumnya, sampai akhirnya saya berhenti bekerja di sana.

Tapi bagaimanapun aneka kisah pahit itu mengobati aneka kerinduan. Kami sekarang sudah tak lagi di sana. Maka 'poto-poto seksi' itulah pembangkit memori lama. Tapi yaa jangan poto saya lagi tidur melulu donk! Kalao ada yang masih punya meme tersebut, bolehlah dishare, hahaha...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...