Halaman

30 Sep 2017

Open Mic

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...!

Demi, NKRI kita!

Demi, merah putih kita!

Demi, Bhinneka Tunggal Ika kita!

RANI Harga Mati, Merdekaaaa...!

Sebelumnya saya mau klarifikasi dulu. Banyak teman pembaca karya-karya dialog imajinatif saya yang menganjurkan saya untuk ikutan acara Stand Up Comedy.

"Lucu", katanya.

"Saya pikir juga begitu. Banyak sih memang yang bilang begitu", jawab saya demi tidak mengecewakannya. Dan karena itulah sekarang saya ada di sini.

Halo perkenalkan, nama saya Raul!
Asli saya orang baik-baik. Asal saya dari keluarga baik-baik. Sejak sekolah dulu saya aktif berorganisasi. Karir tertinggi saya adalah sebagai Ketua Kelas dan dipecat karena terbukti merekayasa buku absen. Tahun berikutnya saya maju lagi di pemilihan dan cuma meraup 1 suara. Itupun saya duga suara saya sendiri.

Selain itu saya adalah juga seorang mantan calon Ketua OSIS. Saya gagal terpilih karena kampanye hitam dari para pesaing saya. Katanya Ketua OSIS harus warga Batam asli. Sedang saya kan tak punya KTP Batam. Umur saya waktu itu baru 16 tahun.

Saya juga mantan anggota Pramuka Siaga. Upacara Senin Pagi di sekolah dulu saya juga aktif berpartisipasi, terutama bila jadwal pelaksananya adalah kelas kami. Jabatan rutin saya waktu itu adalah pendamping pembina upacara dengan jobdesk membawakan map merah jambu (cieee) naskah Pancasila. Mengingat ini kadang saya merasa sedih.

Cerita awalnya saat gladi resik. Saya jadi komandan upacara. Tapi karena saya orangnya pendiam, maka saya dianggap tak bisa jadi pemimpin upacara.

"Ngomong aja susah, gimana mau teriak 'Siaaaap Graaaak!', alasannya.

Saya batal jadi komandan. Pangkat diturunkan, jadi MC. Dan lagi-lagi saya dikriminalisasi. Katanya daripada mubazir, saya jadi pembawa naskah Pancasila saja.

Katanya logat saya aneh. Tak cocok jadi orang yang didengarkan. Jadi pengikut dan pendengar saja. Itulah mungkin sebabnya kenapa saya jadi begitu pintar, ya?

Sudah logatnya aneh, cempreng pula katanya. Aneh okelah, saya bisa terima. Saya kan memang anak pendatang, baru datang merantau dari keluarga baik-baik. Tapi cempreng?

Hey, saya ini pernah jadi vokalis band gagal lho! Iya benar, suer! Saya pernah bentuk 2 band dengan keduanya saya jadi vocalist, hanya karena suka sekali lagu I'll Be Alright-nya Per Gessle. Tau ga lagunya? Dan saya tebak, untuk tau siapa Per Gessle aja kalian pasti butuh Google, ya kan? Tapi jujur saya akui kalau jam manggung kami memang tak banyak, tapi kami puas sekali mainnya. Seingat saya waktu itu kami cuma sewa 2 jam di tempat biasa, Genta blok N nomor 9. Saya ingat betul. Waktu itu saya yang nraktir teman-teman yang lain bayar sewanya, sebab panen cabe saya laku keras. Habis diborong semua oleh teman-teman sekelas.

Ohya, di sini ada yang masih jomblo? Banyak pasti ya? Sama, saya juga masih jomblo? Jadi jomblo itu susah ya? Apalagi mesti tabah pula. Tapi tenang aja, selain saya dan kita, Megawati atau Presiden Prancis juga jomblo kok! Tapi yaa jangan sampai kesenangan dulu pula! Saya sudah punya incaran. Namanya Rani. Aslinya orang baik-baik. Asalnya dari keluarga baik-baik. Jadi kalian semua para jomblo, termasuk Megawati dan Presiden Perancis, tak usah mimpi bakal jadian sama saya. Rani aja sampai sekarang masih belum bisa-bisa dapetin saya. Pokoknya demi Merah Putih, demi Bhinneka Tunggal Ika, RANI harga mati, Merdekaaaa....!

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu...!

26 Sep 2017

Standar Ganda dan Pemimpin Islam

Nyo :Kau ini aneh. Sering sekali menggunakan standar ganda dalam memandang persoalan yang sama hanya karena dilakukan oleh dua pihak yang berbeda.

Den :Misalnya?

Nyo :Kau tak mempersoalkan penyelenggaraan Miss World atau ajang-ajang kontes kecantikan serupa lainnya. Tapi di sisi lain kau nyinyir sekali terhadap pihak yang membuat acara Putri Muslimah, Putri Hijab dan sejenisnya.

Den :Miss World, Putri Indonesia dan lainnya itu bukan ajangnya orang muslim, dan saya sebagai orang Islam tak perlu turut campur. Itu urusan mereka. Bahwa ada peserta dan penontonnya orang Islam, itu soal lain. Mereka itulah yang perlu dinasehati, bukan penyeleggaranya. Sebaliknya, ajang Putri Muslimah, Putri Hijab dan sejenisnya itu jelas ditujukan buat orang Islam. Pesertanya dan pasti penontonnya tentu juga orang Islam. Padahal yang mengadakan acara bukan orang Islam. Apa hak mereka buat acara-acara pakai bawa-bawa nama Islam begitu? Apa urusan mereka dengan orang Islam? Masa bodoh dengan apa yang mereka perbuat dengan agamanya masing-masing. Tapi urusan saya jika acara yang mereka buat bawa-bawa agama saya.

Nyo :Setidaknya mereka ada niat membuat acara yang lebih baik.

Den :Lebih baik? Maksudnya?

Nyo :Dalam pandangan Islam, tentu saja Putri Muslimah lebih baik ketimbang Putri Indonesia, kan?

Den :Siapa bilang? Saya orang Islam, dan saya lebih tertarik nonton acara Putri Indonesia ketimbang Putri Muslimah. Logikanya, kalau Putri Muslimah lebih baik, kenapa saya lebih suka Putri Indonesia?

Nyo : ???

Den :Kau kenapa? Kok bingung?

Nyo :Tentu saja aku bingung. Logika kau aneh.

Den :Aneh bagaimana?

Nyo :Yaa...itu tadi. Kau bilang ajang Putri Indonesia lebih baik daripada Putri Muslimah. Padahal sebagai orang Islam mestinya kau berpandangan yang sebaliknya?

Den :Kan sudah kubilang tadi? Yang salah adalah soal anggapanmu bahwa dalam pandangan Islam Putri Muslimah lebih baik ketimbang Putri Indonesia. Itu salah. Untuk ibadah sholat saja wanita lebih dianjurkan di rumah masing-masing kok, ketimbang berjamaah di mesjid? Jadi lebih baik menurut pandangan Islam bagaimana yang kau maksud?

Nyo :Ahh, pusing aku!

Den :Udaaah, urus aja agama dan umat masing-masing! Tak usah ikut campur urusan agama orang lain.

Nyo :Naaaah, itu! Puasa adalah urusan orang Islam. Tapi kenapa orang Islam marah-marah sama pemilik warung, tempat hiburan yang tetap buka dan operasi selama bulan puasa?

Den :Ga juga. Aku ga marah, kok! Mereka jualan dan buka pasti bukan untuk orang yang puasa. Perkara ada orang Islam yang jajan, itu soal lain. Mungkin mereka emang tak puasa. Orang-orang Islam tak puasa seperti itu mestinya yang diceramahi, bukan para pedagangnya.

Nyo :Tapi kan banyak juga pedagang muslim yang tetap berjualan siang hari selama bulan puasa?

Den :Bisa jadi. Tapi yang mereka butuh adalah nasehat, bukan operasi segel warung, apalagi sweeping.

Nyo :Jadi Pemda salah donk, buat aturan jam operasi jualan selama Ramadhan?

Den :Yaa, ga juga! Saya malah suka dan dukung ada Pemda yang berani tegas buat aturan seperti itu.

Nyo :Loh?! Tuh, logika bolak-balik lagi nih?

Den :Begini, bro! Pemimpin punya tanggungjawab moral, tidak saja terhadap rakyat dan warganya yang dipimpinnya, tapi juga terhadap Tuhannya. Ada pemimpin yang berani buat aturan demi kebaikan rakyat dan kemaslahatan umat tentu saja saya dukung 100%. Itulah pemimpin sejati.

Nyo :Walau dengan aturan yang dibuatnya menjadi dholim terhadap sebahagian pihak lain?

Den :Itulah kenapa dalam Islam pemimpin yang adil (dan remaja yang shalih) diprioritaskan duluan masuk surga.

Nyo :Pemimpin yang paling Islami itu setahu saya yaa, Pak Ahok!

Den :Kalau dia Islami, dia mestinya masuk surga brader, bukan masuk penjara, hahahahak...!

Nyo : (diam)

*Kemudian hening.

24 Sep 2017

Unik Itu Inspirasi

Saya punya banyak tokoh idola yang menjadi inspirasi dalam hidup saya. Dari beragam jenis bidang dan kompetensinya masing-masing. Ada olahragawan, penulis, penyanyi tokoh politik, pahlawan atau ulama dan atau tokoh agama. Tapi ada satu kesamaan semuanya. Mereka punya keunikan dan something special di bidangnya masing-masing. Keunikan itulah yang memberi inspirasi saya dalam hidup.

Ada banyak sahabat Nabi yang bisa kita teladani. Ada banyak sahabat Nabi yang bijaksana seperti Ali bin Abi Thalib. Ada banyak sahabatnya yang tegas, keras dan berani seperti Umar bin Khattab. Tentu saja saya dan kita mesti meneladani mereka semua. Tapi saya sangat mengidolakan Khalid bin Walid karena dia punya keunikan sendiri yang tak saya temui pada sahabat Nabi yang lainnya.

Kita punya banyak pahlawan nasional. Tapi saya mengidolai pejuang (belum diakui sebagai pahlawan) Sentot Alibasya karena punya kelebihan yang tak dimiliki para pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Cik Di Tiro atau Cut Nya' Dien dan lainnya.

Def Leppard, band rock asal Inggris yang meski nge-rock tapi mereka mengaku anti alkohol (pasca kematian gitaris Steve Clark yang over dosis). 3 dari 5 personelnya bahkan vegetarian. Band rock yang kompak, bahkan setia mempertahankan Rick Allen sebagai drummer, walau cuma punya satu tangan akibat sebuah kecelakaan yang merenggut tanggan kirinya untuk diamputasi.

Pun begitu dengan idola-idola saya yang lainnya. Keunikan dan something special yang mereka miliki memberi saya banyak inspirasi hidup. Belajar setia dan loyalitas. Mengerti soal tabah dan kerja keras. Memahami idealisme dan integritas.

Ada banyak sahabat Nabi, tapi  Khalid bin Walid lah yang membuat saya ingin berjuang bela Islam. Ada banyak pahlawan nasional di Indonesia, tapi Sentot Alibasya lah yang menghasut saya jadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Ada banyak penyanyi dan grup band di dunia dan di Indonesia ini. Tapi maaf, Kangen Band atau ST 12 dan sejenisnya takkan pernah ada dalam list musik player saya, hahaha...!

23 Sep 2017

Angkat Ketapelmu, Gebuk PKI

Sekarang makin terang mestinya sikap kita terhadap antek-antek PKI. Kita tahu siapa saja dan dari kelompok mana mereka berasal. Para pendukung LGBT, liberal dan sekular, pendukung dan para penista Islam adalah mereka yang juga mendukung agar pemerintah meminta maaf kepada PKI. Perhatikan juga orang-orang yang menolak pemutaran kembali film G30S/PKI, mereka yang membully Panglima TNI Gatot Nurmantyo atau yang mendesak presiden untuk memecat Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Situasi saat ini telah sangat mirip dengan saat-saat pra kudeta PKI tahun 1965. Para ulama ditangkapi, sementara kepentingan-kepentingan PKI selalu diakomodasi oleh pemerintah yang telah terkontaminasi akut. Slogan-slogan seperti Revolusi Mental,  Saya Pancasila, Saya NKRI dan aneka jargon pemerintah sangat mirip dengan jargon-jargon milik PKI.

Dan yang paling mengkhawatirkan adalah pernyataan Panglima TNI bahwa ada import 5000 senjata illegal dengan mencatut nama presiden. Ini pasti tidak main-main. Sebagai 'pembantu presiden', apalagi soal yang menyangkut keamanan negara, pastilah Panglima TNI takkan berani berbicara sembarangan apalagi sampai meresahkan masyarakat ini pasti serius. MAHA SERIUS.

Pra kudeta PKI tahun 1965 ini juga terjadi. Hasutan PKI kepada Presiden Soekarno untuk membentuk angkatan ke-5 ( angkatan buruh dan tani) dengan dalih bela negara. Walau tak disetujui Bung Karno, tapi PKI berhasil mendapat sumbangan 2000an senjata secara illegal dari pihak komunis, Cina. Dan sekarang, 5000an senjata seperti yang dikatakan Panglima TNI digunakan oleh siapa? Tujuannya apa kalau bukan untuk kudeta?

Mari belajar dari pengalaman. Jangan seperti Ebiet G Ade,

Sesampainya di laut kukabarkan semuanya.
Kepada ombak, kepada karang, kepada matahari.
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu.

Sudah tahu mereka semua diam dan semua bisu, bukannya mencari tahu kenapa, malah masih melakukan lagi kesalahan serupa.

Cobalah kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Menginterogasi dengan metode paling canggih sekalipun, reaksi itu rumput saya duga hanya lah dengan bergoyang, bukan menjawab apalagi menjelaskan kenapa-kenapanya, hahaha...!

Ayo, angkat ketapelmu, Gebuk PKI...!

15 Sep 2017

Begitu Dekat, Begitu Nyata 2

Begitu dekat, begitu nyata. Jauh sekolah di rantau, ternyata gurunya tetangga sebelah rumah di kampung.

Begitu dekat, begitu nyata. Teman SD dan Mts saya saat di kampung, nikahnya dengan teman STM saya di rantau.

Begitu dekat, begitu nyata. Punya adik angkat di rantau, ternyata sepupunya teman sekelas saya di kampung.

Begitu dekat, begitu nyata. Saudara angkat, teman STM saya di rantau ternyata teman SD dari teman sekelas MTs saya di kampung.

Begitu dekat, begitu nyata. Sibuk di acara nikahan sepupu, ternyata nikahnya dengan teman kerja saya sendiri, hahaha...!

Teman sesama penulis indie. Saya adalah penulis paling indie se-dunia. Dia mengklaim sebagai penulis indie terproduktif se-Indonesia. Dan sekarang diciduk tersandung masalah narkoba, duhhh...!

Begitu dekat, begitu nyata.

Begitu Dekat, Begitu Nyata

Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2017. Di sebelah Presiden dan Wakil Presiden. Di samping Ketua MPR/DPR. Beberapa hari berikutnya Irman Gusman kena Operasi Tangkap Tangan KPK, ngeriiii...!

Kecuali untuk posting di blog, memang telah lumayan lama saya jarang 'online' di Twitter atau pun Facebook . Bukan tak pernah, tapi biasanya setelah update status atau cuitan di Twitter saya langsung off dan mengabaikan saja notifikasi yang masuk. Jarang sekali saya scrolling timeline sehingga agak kurang update terhadap perkembangan terkini. Untuk tahu informasi terkini saya cuma menyimpan halaman sebuah akun secara offline, dan tinggal melakukan refresh online begitu mau baca informasi. Belakangan saya sedang asyik-asyiknya membaca novel-novel detektif koleksi lama. Ini saya rasakan sangat membantu melatih kemampuan deduksi saya, haha...!

Dan betapa kagetnya saya begitu tahu berita Indra J Piliang diciduk perkara narkoba. Innalillah...!

Begitu dekat, begitu nyata dan mungkin sebentar lagi kita. Terkenang lagi saya cuitan Fahri Hamzah dua bulan yang lalu tersebut. Saya dan IJP tak saling kenal, tapi kami cukup intens berkomunikasi di Twitter. Terakhir, bulan lalu dia mencoba membantu saya menghubungi Pak JK terkait buku-buku biografi Pak JK koleksi saya. Pak JK salah seorang tokoh favorit saya. Saya punya banyak koleksi buku-buku biografinya. Sayangnya, Twiter saya justru diblokirnya. Dan IJP memfasilitasi saya untuk menghubunginya.

IJP salah satu semangat saya dalam berkarya. Sebagai sesama penulis, kami punya idealisme yang sama. Karya kami terlalu berharga untuk dilepas ke penerbit begitu saja. Dia mengklaim sebagai penulis indie paling produktif se-Indonesia, dan saya percaya. Tapi beliau angkat topi saat saya mengklaim sebagai penulis paling indie se-dunia, hahaha...! Ehh, Rekreasi Hati itu saya tulis,susun, edit, desain, cetak, jilid, terbitkan, bahkan jual dan beli sendiri lho, hahaha...!

"TOP indie", katanya saat itu.

Sejak itulah beliau follow twitter saya. Saya memang tak punya buku-bukunya, tapi dia beli Rekreasi Hati saya walau katanya belum sempat dibaca, haha...! Dan sejak itu kami sering interaksi via mensyen, terutama bila Chelsea sedang kalah. Dia mungkin tak tahu kalau saya fans berat Arsenal, hahaha...!

Dan sekarang dia tersandung masalah narkoba. Saya tersinggung saat dia mengakui bahwa sabu dia konsumsi demi observasi dan sebagai doping. Konon edisi pertama dari trilogi tentang pengguna narkoba banyak dikritik karena kurang greget, sehingga dia putuskan untuk mendalami observasinya, sebagai pemakai sebenarnya.

Dia keliru. Sebagai fans sepakbola yang hobi membaca dan menulis dia tentunya pernah mendengar quote terkenal dari pelatih legendaris Ariggo Sacchi,

"Tak perlu jadi sepatu untuk menjadi penjual sepatu".

Sebagai pembeli Rekreasi Hati dia mestinya telah baca bahwa tak perlu jadi penggaruk walau tinggal di kandang monyet. Dia mestinya tahu Rekreasi Hati itu sangat inspiratif. 7 dari cuma 11 followernya adalah blogger pemula yang membuat akun setelah membaca Rekreasi Hati, hahaha...! Jatuh bangga donk, saiiia, wkwkwkwk...!

Tapi yaa begitulah, dia mungkin benar. Rekreasi Hati sudah dibelinya, tapi belum dibacanya, hiiiks...!

IJP hanyalah sedikit dari teman Twitter saya yang berurusan dengan pihak kepolisian. Teman dalam pengertian kami saling follow dan memfollow. Ada Ongen, Fahira Idris, Dwi Estiningsih atau Yulianis. Saya belum paham betul persoalan yang membelit IJP. Tapi dia satu-satunya yang berurusan karena persoalan narkoba. Dan dialah kerabat selebtwit terdekat saya.

"Begitu Dekat, Begitu Nyata Sebentar Lagi Kita" ~ Fahri Hamzah.

14 Sep 2017

Nasehat Sang Pemulung

Ada yang tak bisa kita elak, karena memang harus terjadi. Ada pula yang tak kan pernah terjadi, sebab selalu ada yang menolaknya. Sikap kita terhadapnya sangat menentukan mutu emosional kita.

Saya tahu pasti kontrak kerja saya takkan pernah lagi diperpanjang. Selesai penandatanganan kontrak terakhir, manejer sialan tersebut telah memastikannya.

"Bagaimanapun kinerjamu 6 bulan ke depan, ini adalah kontrak terakhirmu. Saya heran, kenapa supervisor selalu merekomendasikanmu. Tapi kupastikan, ini adalah yang terakhir", katanya saat aku itu.

Saat itu sebetulnya saya masih optimis. Setahun sebelumnya saya telah bersiap berhenti karena telah menyadari gejala betapa menyebalkannya perlakuan manejer sialan tersebut terhadap saya. Tapi supervisor telah menggaransi akan memertahankan saya selama dia masih ada di sana, dan saya mempercayainya. Dia benar, selalu dan mampu menjaga komitmennya. Saya memang selalu diperjuangkan. Sayangnya, dia sendiri tak mampu bertahan lebih lama. Sebelum saya benar-benar berakhir, dia resign duluan.

Saya mengerti situasi yang dihadapinya. Ini artinya saya lah yang harus memperjuangkan nasib sendiri. Membayangkan meninggalkan teman-teman dan segenap kenangan, serta entah kapan lagi saya bisa bertemu Rani itu sungguh mengerikan, hahaha...!

"Hati den kanai ka ba a juo".

Benar, setiap hari saya goda dan dia menanggapinya. Tapi yang saya butuh kan alamat dan nomor handphonenya? Atau setidaknya akun Facebooknya pun jadilah, hahaha...! Apa daya saya tak punya nyali untuk memintanya. Kami akan berpisah. Saya mungkin takkan pernah melihatnya lagi. Saya berhenti bekerja, sementara Rani terlihat makin cantik saja. Menganggur pasti bukan cara yang cerdas untuk mendapatkannya.

Dan begitu benar-benar berhenti dan gagal mendapatkan kontaknya, itulah puncak derita saya. Sampai akhirnya saya menyadari betapa hidup telah saya habiskan dengan penuh derita. Celakanya, derita itu hanyalah gegara seorang Rani. Sialan betul...!

Ini tak boleh terjadi lagi. Saya menderita membayangkan akan berpisah dengannya. Benar-benar menderita kala benar-benar kejadian pisahnya. Dan apakah masih akan menderita lagi karena menyesalinya?

"Menurutku kau itu jenis orang yang matinya 3x. Maksudku, kau sudah menderita sebelum itu benar-benar terjadi. Benar-benar menderita kala benar-benar terjadi. Dan masih menderita menyesali kejadiannya. Kalau aku, aku akan terima saja bagaimana adanya. Aku nikmati saja keadaannya".

Itu adalah kata-kata seorang pemulung dalam novel Trio Detektif, Misteri Setan Menandak.

Itu sungguh menampar saya. Dia itu pemulung yang tak punya tempat tinggal. Dan saya? Tukang tambal ban di Batam jauh lebih banyak ketimbang jumlah karyawan PT Labtech. Ini adalah bukti bahwa lebih pasti berharap rejeki dari Tuhan, ketimbang berharap gaji dari perusahaan.

Saya tak mau mati lagi. Saya kumpulkan dendam dan cinta, sakit hati dan rindu. Dan dalam 6 bulan berikutnya, 9 September 2014, Rekreasi Hati saya rilis.

*Happy 3rd for my lovely book. Sorry for being late, hahaha...!

Skak Mat 3

Den :Hey, kalian tak bisa bahasa Indonesia, ya? Tak ngerti aku apa yang kalian bicarakan. Kalian hidup di Indonesia, jadi pakailah bahasa Indonesia.

Nyo :Santai ajalah, Bro! Ga usah nyolot begitu. Orang-orang itu ngomong Padang berdua biasa aja, kan?

Den :Bahasa daerah itu unsur dari bahasa Indonesia, paham kau? Nah, itu lagi! Coba kau suruh binimu pulang dulu. Suruh dia pakai pakaiannya, kalau benar-benar tak mau kutelanjangi di sini. Ke pasar pakai kolor ama beha doank, Setan!

Nyo :Yaa, kami biasanya...!

Den :Kau hidup di Indonesia, ikuti aturan di Indonesia! PT Semen Padang aja tak maksa karyawannya fasih Bahaso Minang. Nah kaum kalian nyari karyawan konter handphone aja mesti yang bisa Bahasa Mandarin? Kau hidup di negeri hyang mayoritas muslim, sementara bini kau ke pasar pakai kolor sama beha doank? Tau diri bisa, kan?

Nyo :Indonesia bukan milik suatu agama saja, Bro! Ini negara Pancasila.

Den :Orang macam kalian bicara Pancasila? Cuiiiih...!

Nyo :Loh, kan memang begitu, bro! Ini negara beradab, toleransi. Bhinneka Tunggal Ika, bukan negara kelompok radikal.

Den :Kau tuding Islam radikal? Anti Pancasila, begitu? Coba kau sebut dulu sila pertama Pancasila!

Nyo :Ketuhanan Yang Maha Esa.

Den :Kau tuding Islam anti Pancasila. Kalau bukan umat Islam yang buat, apa kau pikir bunyi sila pertamanya begitu? Emang yang Tuhannya cuma satu siapa? Agama apa?

Nyo :Yang bikin Indonesia merdeka bukan cuma orang Islam, bro!

Den :Emang bener! Tapi coba kau sebut satu saja tokoh pahlawan Cina, aku sebut duapuluh pejuang muslim, bisa?

*hening...

11 Sep 2017

"Dikit-dikit Promo, Dikit-dikit Promo"

Pernah baca status teman yang jualan online, pertanyaan dari seorang teman yang dipostingnya sebagai status facebook dan dilengkapi dengan jawaban dirinya yang ditanya. Bunyinya kira-kira begini:

"Kamu kok dikit-dikit promo, dikit promo"

Trus disambung dengan jawaban yang kesannya keren abis,

"Karena buat gue Facebook mesti bawa manfaat. Ketimbang situ, alay melulu".

Atau jawaban-jawaban sejenis lainnya yang menurut saya lebih terkesan membela diri, cenderung arogan, jumawa bahwa baginya Facebook bisa memberi manfaat dan sebagainya. Padahal maksud sebetulnya dari si teman menurut saya adalah mengingatkan, bukan bertanya.

Pertanyaan si teman sebetulnya adalah pertanyaan saya juga. Sebetulnya saya ingin sekali memblok teman yang melulu posting jualan di Facebook. Tapi tidak saya lakukan untuk alasan yang tak perlu lah pula saya utarakan. Tapi fakta bahwa saya ingin melakukan blok dan bahwa ada pertanyaan dari temannya itu adalah bukti bahwa ada yang salah dengan mereka, yang suka posting promo jualannya.

Saya tak persoalkan promo-promonya tersebut, karena memang begitulah mestinya jualan. Saya juga tak persoalkan jawaban arogan tersebut, karena nyatanya saya juga sering begitu. Yang jadi persoalan buat saya adalah promo melulunya tersebut. Terus terang saya sendiri sama sekali tak merasakan manfaat dari promo-promonya tersebut. Mengganggu sekali malah. Dulu saat fesbukan pakai henpon butut, promo-promonya tersebut sangat terasa menggerus kuota internet saya. Baiknya, saya memang telah bersikap sejak awal takkan pernah melakukan blok 'terhadap siapapun' di Facebook. Prinsip tersebut sangat saya jaga sampai saat ini.

Buruknya, belum tentu semua orang bersikap seperti saya. Ini mestinya diwaspadai oleh teman-teman pelaku usaha jualan online. Cukup dengan mengklik ulang tombol 'mengikuti', seluruh postinganmu takkan pernah muncul lagi di beranda teman. Rugi sekali, sebab hanya dengan satu 'tombol like' saja postinganmu bahkan bisa dilihat oleh yang bukan teman, kalau postinganmu di-set publik tentunya.

Jualan online meski murah tapi akibatnya bisa saja fatal. Untuk mengujinya cobalah sesekali buat semacam simulasi,  update postingan lain yang bermutu dan perhatikan saja jumlah teman yang memberi atensi, baik yang like ataupun yang memberi komentar. Apakah orangnya yang itu-itu saja? Apa jumlahnya sebanding dengan jumlah teman yang ada di list.  Kalau tidak, jangan-jangan sudah banyak yang mengklik ulang tombol 'mengikuti'nya, hahaha...!

8 Sep 2017

Hidup Tanpa TV

Saya malas punya tipi, atau lebih tegasnya malas nonton tipi. Detilnya lagi, saya malas nonton acara dan program hiburan di tipi, baik yang jenisnya beneran hiburan, ataupun yang sekedar mengatasnamakan hiburan. Alasan saya sebetulnya sedikit melankolis. Saya cemburu, kenapa mereka dianggap lucu dan menghibur, padahal menurut tak ada lucu dan menghiburnya sama sekali.

Tapi sebetulnya ada alasan berikut yang membuat saya ogah nonton tipi. Banyak artis dan para penampil tersebut yang saya duga sebagai agen dari suatu dan sekelompok kepentingan. Mereka 'yang cerdik' perannya adalah agen beneran. Mereka agen bayaran. Sedang mereka yang dungu, minim kemampuan dan tak ada pula nilai artistik dan estetiknya, tak lebih dari seorang yang diperankan sebagai agen. Mereka hanya diberi panggung dan dibayar, tanpa mereka ketahui sama sekali apa sebetulnya yang mereka tampilkan.

Itulah kenapa dalam list following Twitter saya sama sekali 'tak ada' akun pribadi artis, apalagi dari jenis yang dianggap pelawak. Artis memang ada, tapi yang saya yakini bersih dari suatu kepentingan. Dan sama sekali tak ada nama pelawak. Mereka tak cuma harus bersih dari kepentingan suatu kelompok, tapi juga mesti lucu berdasar standar yang saya terapkan.

Dalam mencipta karya-karya lucu saya memang mematok standar yang sangat tinggi. Terlalu tinggi mungkin. Saya paling anti terhadap lelucon mesum, menghina fisik seseorang, apalagi humor-humor dengan materi agama yang tanpa ilmu sehingga rawan menjadi penistaan agama. Standar ketinggian tersebut malah membuat saya sulit bergembira, padahal sejatinya karya humor bertujuan untuk menghibur.

Tapi baiknya, selain menantang saya untuk menciptakan karya yang lebih baik, saya juga jadi terbiasa hidup tanpa tipi. Bagi saya ini sangat biasa. Sampai usia 16 tahun saya masih berada di jaman kegelapan, tanpa listrik. Saya sudah biasa dan tak biasa nonton tipi. Maka bila sekarang saya jadi malas nonton tipi itu juga bukan suatu yang luarbiasa. Saya cuma butuh tipi untuk nonton bola dan Halo Selebriti belaka, hahaha...!

7 Sep 2017

Bukan Hari Patah Hati

Bahwa Raisa itu cantik bisa jadi benar, tapi bisa jadi juga tidak. Cantik itu relatif, dan bagi saya Raisa cuma menarik sebagai seorang wanita yang kebetulan berprofesi sebagai seorang penyanyi. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadapnya, saya lebih suka mendengar suara Tantri Kotak, Astrid, Audy dan bahkan Nindy. Dan sekali lagi maaf, saya sama sekali tak tahu sejudulpun lagu-lagu Raisa, hahaha...!

Maka bagi saya pribadi terkait hari pernikahannya yang didaulat sebagai hari Patah Hati Nasional menjadi tak relevan, sebab saya tak punya perasaan apa-apa terhadapnya. Bagi saya cuma satu. RANI harga mati, hahaha...!

Dulu saya memang berniat mencari pacar seorang artis. Target saya waktu itu banyak sekali. Sayangnya Raisa tidak termasuk seorang diantaranya. Dia bukan tipe saya. Target utama saya adalah Chua, pembetot bass grup band Kotak. Kalaupun misalnya gagal, setidaknya Donita pun jadilah. Tapi begitu ditinggal kawin oleh keduanya, tanpa pernah sekalipun nge-date dengannya orientasi saya terhadap wanita idaman sedikit bergeser. Walau masih berharap bisa jadian dengan Ayu Pratiwi, mendapatkan seorang Rani saja sekarang buat saya sudah lebih dari cukup, hahaha...!

Itulah kenapa saya tak begitu larut dalam euphoria patah hati begitu Raisa menikah. Saya juga tak merasa tak terlalu butuh menghadiri resepsinya, walau itu tak terlepas dari kenyataan bahwa saya memang tak bisa hadir, karena di tempat saya waktu itu hujan lebat, hahaha...!

*Dah ahh,...!

5 Sep 2017

Toko Buku

Sudah hampir setahun saya tak unjuk diri ke toko buku. Padahal sebelumnya tiap bulan saya selalu anggarkan sekitar 150 sampai 200an ribu untuk dihabiskan di toko buku. Sabtu lalu saya bermaksud belanja buku lagi di Kharisma Nagoya. Ehh, taunya itu itu toko buku tutup. Awalnya saya duga mereka tutup karena masih dalam suasana Idul Adha hati ke-2. Tapi setelah mengintip-intip dan mengamati kondisi di dalamnya saya curiga, jangan-jangan mereka bangkrut. Dan saya sungguh kuatir, jangan-jangan mereka bangkrut karena saya sudah tak pernah lagi wisata buku di sana, hahaha...!

Saya lebih suka belanja buku di gerai Kharisma sebab di situ biasanya banyak buku-buku yang gagal laku sesuai target. Biasanya buku di Gramedia lebih cepat habis, dan jika kita cari di Kharisma biasanya masih ada. Entah kenapa, tapi saya sering menemukan buku-buku buruan di Gramedia ketemunya malah di Kharisma.

Kharisma memang tak sepopuler Gramedia. Tapi Gramedia sendiri juga ada yang tutup di Batam. Dan saya juga punya pengalaman yang tak enak di Gramedia tersebut, dulu di DC Mall Jodoh, Batam. Suatu kali saya membaca novel bagus di sana. Sebab kekurangan waktu saya susun skenario keren. Saya akan baca lanjutannya minggu depan sambil menentukan keputusan untuk membelinya atau tidak. Kalau layak koleksi, saya akan beli bukunya minggu depannya lagi. Itupun jika gajian lancar sesuai waktunya, hahaha...!

Tapi apa daya, skenario yang telah begitu rapi saya susun malah berantakan. Gramedia tersebut keburu bangkrut. Saya marah betul. Baca novel gagal klimaks, bukunya ga nemu pula di tempat yang lain. Ebook pun sampai sekarang ga nemu, hahaha...!

Dulu saya sering juga beli buku via toko buku online. Tapi itu dulu, saat lemburan sedang jaya-jayanya. Belanja buku online kalau cuma sedikit, rugi. Mahal ongkos kirimnya. Tapi melihat betapa banyaknya toko buku yang tutup saya jadi khawatir juga. Jangan-jangan nantinya saya kembali mesti belanja buku online, padahal sekarang saya sudah tak pernah lagi dapat lemburan. Kan saya sudah dipecat, hahaha...!

4 Sep 2017

Bahasa Klaim

Kita...!

Kitaaa...!

Kitaaaaaa....!

Klarifikasi:
Penggunaan kata 'Kita' pada orasi yang menggetarkan oratornya tersebut tidaklah sepengetahuan dan ijin saya. Kita tersebut tak termasuk saya.

Media menyebut Nusron Wahid sebagai Kyai Muda NU, padahal menurut saya beliau cuma seorang yang gagal mengkombinasikan pendapat kelirunya dengan melotot. Menurut saya, orang yang salah baiknya tak usah melotot. Itu bisa memancing kerusuhan.

Menurut saya Aqil Siraj atau Quraish Sihab itu sesat lagi menyesatkan. Tapi kaum liberal lebih suka menganggapnya sebagai Ulama Besar. Sayangnya, media lebih suka pendapat mereka ketimbang anggapan saya.

Jika saya mengkritik pemerintah, media memberi judul 'Siraul Nan Ebat Tuding Pemerintah bla bla bla', disertai narasi bahwa saya ini dulu pernah dipecat sebagai Ketua Kelas karena ketahuan merekayasa buku absen. Tapi jika saya mengapresiasi, judulnya di media 'Pengamat Puji Kebijakan Pemerintah'. Ditambahkan pula bahwa saya ini penulis berbakat yang dulu selalu jadi juara kelas, hahaha...!

Inilah jaman dimana seorang atau kelompok bisa dianggap mewakili orang atau kelompok yang lain. Saya jelas bukan rakyat korban Jonru, seperti yang dilaporkan pelapornya tersebut, sebab saya sama sekali tak merasa ditipu atau dirugikan oleh Jonru.

Saya juga seorang netizen, tapi ogah disamakan dengan netizen yang nyinyir pada aksi simpati dan dukungan terhadap etnis Rohingya. Ehh salah, mereka bukan netizen. Mereka itu binatang. Otak tiada, hati tak punya.

Konsultan bahasa yang menentukan meroket dan melorotnya elektabilitas politisi,  yang membuat nilai tukar dan bursa saham naik turun. Maka terbukti keliru, bila dulu di sekolah anak-anak bahasa diremehkan. Atau jangan-jangan karena kurang 'perhatian' lah maka anak-anak bahasa itu sekarang menjadi pekerja media yang mengabdi pada ego dan kepentingannya sendiri? Media adalah penguasa dunia. Duh, betapa mengerikannya jika dunia ini dikuasai oleh orang-orang yang miskin moral, hiiii...!

2 Sep 2017

Harap Maklum

Ada pemeluk agama yang pingsan mendengar penista agamanya divonis penjara. Saya berbaik sangka saja. Mungkin dia memang tak kebagian nasi bungkusnya. Saya maklum.

Ada yang begitu mati-matian bela penista agamanya. Begitu mati beneran maunya disholati ulama. Saya maklum, mereka beragama. Mungkin imannya saja yang kurang.

Ada begitu banyak yang percaya dengan kasus-kasus aneh tuna logika dan perkara-perkara hasil rekayasa. Dungunya memang buat malu manusia. Tapi maklumi saja! Bisa jadi benar kata Rocky Gerung. Bahwa ada manusia yang IQ-nya 200, tapi digabung sekolam.

Ada orang yang memperkarakan utang orangtuanya . Ada menteri kordinator yang mengurusi bidang kesejahteraan menganjurkan rakyatnya jangan makan, sebab beras mahal. Ada kaum minoritas,  yang dengan PeDenya menghina kaum mayoritas. Kaum pendatang menghina pribumi. Ada konter henpon nyari karyawan yang bisa berbahasa Cina, padahal PT Semen Padang saja tak pernah minta calon pegawainya menguasai bahaso Awak. Ini jelas tak punya otak.

Tapi ada yang nyinyiri hastag, dukungan dan aksi simpati terhadap pembantaian yang dialami etnis Rohingnya? Ada dan banyak sekali. Ini jenis yang sudahlah tak berotak, hati tak punya pula. Kalau di friendlist Facebook saya ada, maaf, blok!  Sepanjang karir di Facebook saya tak pernah blokir atau remove pertemanan. Tapi maaf, saya tak mau di friendlist saya ada binatang. Harap maklum...!

1 Sep 2017

Menua Tanpa Berkarat

Riset terbaru saya, ternyata seorang penulis itu sering menulis, hahaha...!

Pernah terbayang bila JK Rowling buntu ide saat menulis Harry Potter? Oke, terus terang saya bukan pembaca buku ataupun penonton filmnya. Saya akan beri contoh lain. Bagaimana nasib Wiro Sableng begitu ditinggal Bastian Tito? Saya tahu ada yang coba melanjutkan kisahnya dan kemudian mematikan Wiro Sableng di buku ke-5 karena merasa terlalu hormat terhadap Bastian Tito, sang penulis. Dia butuh lima buku lanjutan untuk menyelesaikan komplitnya konflik sejarah Wiro Sableng. Tapi karena saya juga belum membacanya, saya juva tak punya kompetensi untuk menilainya, hahaha...!

Tapi saya tetap merasakan ada kepingan yang hilang, begitu Lima Sekawan ditinggal Enid Blyton dan dilanjutkan walau dengan gemilang oleh Claude Voiller. Cinta Fitri awal (session 1-3) karya Hilman Lupus jelas sekali terasa bedanya ketika dilanjutkan oleh penerusnya yang entah siapa, hahaha...! 

Duh, kok kamparasinya sama Cinta Fitri yaa? Hiiiks...? Tapi karena saya juga tak utuh menontonnya, (bukan pencitraan) kita bicarakan inti pokoknya sajalah.

Pernah terpikir apa yang terjadi ketika seorang Jupiter Jones kehilangan kemampuan deduksinya? Trio Detektif yang legendaris tersebut akan tua dengan cela. 

Saya sungguh takjub pada para profesional yang pekerjaannya sangat tergantung pada datangnya ide. Pelukis, penulis musik, film atau buku dan banyak lagi yang lainnya. Pelukis yang mampu membuat lukisan-lukisan bernilai tinggi. Penulis film-film box office, para pencipta lagu-lagu evergreen dan tentu saja penulis-penulis buku legendaris.

Saya punya teman yang begitu jago menulis lagu. Laiknya saya, dia juga belum terkenal, hahaha..! Kami hanya dikenal di lingkungan kami semata. Ini menyangkut idealisme semata. Jadi abaikan saja. Intinya, di mata kerabat dan teman dekat termasuk saya, dia itu jenius. Penulis lagu yang sangat berbakat.

Seperti saya juga yang diwanti-wanti agar segera 'mengamankan' karya saya, dia pun begitu pula. Persamaannya lagi, kami sama-sama ogah memproteksi karya kami, walau dengan alasan yang berbeda. Tapi intinya kami sama-sama tak mengkhawatirkan soal-soal seperti pembajakan.

"Bodo amat. Dicuri orang, bikin yang lain lagi", katanya enteng.

Sialan ini anak! Baginya sepertinya mudah saja menulis lagu. Begitu Rekreasi Hati pertama saya terbitkan, saya sendiri bingung apa bisa buat jilid kedua dan berikut-berikutnya dengan kualitas yang setara. Apa yang akan saya tulis lagi? Sepertinya semua ide telah tercurah di buku pertama. Itu adalah buku kumpulan pemikiran saya sejak 33 tahun yang lalu? Butuh berapa lama saya  kumpulkan ide-ide untuk buku-buku berikutnya?

Tapi nyatanya buku kedua saya jadi dan keren juga, hahaha...! Ternyata jawabnya saya temukan di novel Trio Detektif yang baru saja saya baca. Sayang, judulnya sudah lupa pula, hahaha...!

"Kita harus aktif terus, bila tak ingin berkarat" ~ Jupiter Jones.

Maka karena saya menulis, saya harus terus menulis, setidaknya saya menua tanpa berkarat, hahaha...!

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...