Warna adalah penyampai pesan yang efektif. Itulah kenapa pengenalan terhadap warna bagi kanak-kanak lebih didahulukan ketimbang pengenalannya terhadap huruf dan angka. Walau belum bisa baca tulis dan berhitung, tapi dalam bermain game anak-anak tahu bahwa bila warnanya merah berarti situasi sedang gawat. Amunisi mungkin telah menipis dan stok nyawa mungkin telah habis.
Pada tingkatan berikutnya warna bahkan menjadi identitas suatu kelompok, kaum dan bangsa.
"Demi, Merah Putih," kata orator-orator bangsa Indonesia.
Maka ada yang mengaku nasionalis sejati, hanya karena selalu bèrkata cinta Merah Putih. Ada yang kemudian diduga LGBT karena selalu menyukai warna-warninya pelangi. Dan tentu saja ada yang dianggap norak karena gagal mempadu-padankan warna dalam tampilan kesehariannya.
Maka setiap manusia takkan pernah lepas dari warna. Semua orang punya warna favorit. Walau tak jelas asal muasalnya, seperti semua orang sepakat bahwa pink adalah warna cinta. Kombinasi warna merah yang berani (berkorban) dengan warna putih yang suci bersih itulah saya duga penyebabnya. Dan warna itulah warna favorit kaum hawa, mulai dari remaja sampai pada emak-emak separuh tua.
Itulah saya kira kenapa saat ini pemerintah mengganti warna hijau tabung gas 3 kg menjadi warna pink. Diplomasi melalui istilah seperti mengganti kata naik harga menjadi penyesuaian harga, penertuban harga, reformulasi tarif dan lain semacamnya mungkin sudah tidak mempan. Maka layaknya dicoba alternatif lainnya, diplomasi warna. Tabung gas warna pink diharap lebih diterima kaum emak-emak sebagaimana cintanya mereka pada warna pink ☺
Tidak ada komentar:
Posting Komentar