Halaman

24 Mei 2021

Naga Bonar : Ustadz Favorit

Naga Bonar :  Lukman, kenapa ustadz favoritku tak Kau masukkan dalam daftar? Kecewa! Betul-betul aku kecewa. Padahal kalau bukan karena aku sama si Bujang, mulut Kau itu dulu tidak berasap.

Lukman         :  Ini bukan soal favorit atau tidak, Bang! Nama-nama itu semua berdasar masukan dari tokoh agama, ormas agama dan tokoh masyarakat.

Naga Bonar :  Hey Lukman, Kau kenal Naga Bonar kan? Aku ini Jendral. Aku minta, Kau masukkan ustadz favoritku itu dalam daftar. Dia orang kampung kita juga!

Lukman         :  Aku kan sudah bilang, ini bukan soal favorit atau tidak! Ada ketentuan-ketentuannya. Tak semua bisa dimasukkan, Bang! Harus yang kompetensi keilmuwannya tinggi, reputasinya baik dan...

Naga Bonar :  Yang namanya ulama itu sudah pasti berilmu tinggi, Lukmaaaan! Bahhh!

Lukman         :  Makanya dengerin dulu aku selesai ngomong, Bang! Juga harus yang punya komitmen kebangsaan yang tinggi. Bukan yang anti NKRI.

Naga Bonar :  Hey Lukman, Kau percaya aku cinta NKRI, kan?

Lukman         :  Yaa, percayalah, Bang! Karena itulah Abang dulu aku kasih pangkat Marsekal Medan, tapi abang ga mau, makanya cuma dapat yang lebih rendah, Jendral.

Naga Bonar :  Nah, itu dia! Aku ini sekolah bambu pun tak tamat. Melihat peta saja aku tak bisa. Itulah kenapa si Mayooor....

Lukman         :  Jam tangan.

Naga Bonar :  Ya, itulah kenapa si Mayor jam tangan itu pusing waktu kutunjuk dapur Maknya! Pokoknya begitulah! Aku, si Bengak Bujang yang sudah dimakan cacing itu, bahkan si Maryam yang di kantor polisi dijuluki si dompet itu juga cinta NKRI, padahal kami semua pencopet. Lalu kenapa bisa Kau bilang ada ulama yang anti NKRI? Apa menurut Kau kami ini lebih baik daripada ulama-ulama yang tak Kau tulis itu? Pencopet lebih baik daripada ulama? Apa kata dunia?

Lukman         :  Yaa, tidak begitu juga lah, Bang! Tak masuk daftar bukan berarti tak layak jadi ulama.

Naga Bonar :  Hati-hati Kau, Lukman! Kau ini sudah macam Belanda-Belanda itu kutengok. Tukang adu domba!

Lukman         :  Tak ada maksud mengadu domba ulama, Bang! Ini cuma menjawab permintaan banyak masyarakat yang minta muballigh rekomendasi dari Kemenag.

Naga Bonar :  Macam alasan, Kau! Sudahlah, berhenti sajalah Kau jadi Menteri. Baiknya Kau dagang beras aja, macam dulu lagi. Ada mantan Menteri yang dagang beras omsetnya mencapai 400 Triliunan tak tau, Kau?

Lukman         :  Bang, jabatan Menteri ini amanah rakyat, Bang!

Naga Bonar :  Maka itu kusuruh Kau mundur, sebelum dipecat. Kau takkan kuat Lukman! Diturunkan pangkat jadi Sersan Mayor saja Kau pingsan, padahal biar turun pangkat Kau tetap Mayor. Nah bagaimana pula bila kau dipecat? Kau mau mati suri?

Lukman         :  (hening)

Naga Bonar :  Kau dengar aku, Lukman?

Lukman         :  Akan kupikirkan, Bang!

Naga Bonar :  Kau kuperintahkan mundur, bukan berpikir! Paham!

Lukman         :  Iya, Bang! Akan kupertimbangkan.

Naga Bonar :  Apalagi yang akan Kau pertimbangkan, Lukmaaaaaan?

Lukman         :  Memasukkan ustadz favorit Abang dalam daftar.

Naga Bonar :  Arrrrrgh...!

Tamat.

 ***

NB: Repost dari akun lama yang hangus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Komplotan

Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...