Halaman

9 Jul 2021

Karma Corona

Sebelas negara yang menjadi tuan rumah Piala Eropa edisi terkini. Selain Eropa, di Brasil juga sedang berlangsung Piala Amerika Latin. Sementara itu, bulan depan, di Jepang juga akan digelar ajang olahraga multicabang terbesar, Olimpiade. Diakui atau tidak, terbukti negara-negara tersebut mampu menghadapi corona. 

Tahun ini pula, bulan Mei kemaren mestinya Indonesia juga menjadi host Piala Dunia U20. Akan jadi sejarah, karena kitalah yang bertindak sebagai host-nya. Event akbar yang sebetulnya bisa menjadi momentum Indonesia maju, dalam banyak hal. 

Khusus sepakbola sendiri, ini sebetulnya peluang emas. Timnas kita sedang berada memiliki generasi emas, mungkin terbaik yang pernah ada. Waktu yang tepat bagi para pemain seperti Witan, Bryliant, Supriadi atau si kembar Bagas-Bagus untuk unjuk kemampuan. Tidak saja di hadapan jutaan mata penonton, tapi juga di depan para tokoh, pemilik klub, pelatih dan para pencari bakat dari seluruh penjuru dunia. Belum lagi potensi prestasi yang diharapkan mampu diraih, dengan dukungan besar suporter, sebab kitalah tuan rumahnya. 

Di luar sepakbola, ini juga sebetulnya momen paling sempurna untuk mewujudkan Indonesia maju. Ekonomi meroket? Merata? Tentu saja! Semua pelaku usaha bakal meraih manfaatnya. Mulai dari pedagang jersey dan aneka merchandise, sampai kepada penjual cilok, siomay atau mie ayam. 

Jasa angkutan dan transportasi, lengkap dari semua jalur darat, laut dan udara, karena pertandingan akan digelar pada 8 tempat yang berbeda. Para pengusaha travel, sampai kepada pengusaha restoran dan hotel akan merasakan dampak hebatnya. Pun jenis usaha jasa lainnya seperti guide, penterjemah, jasa pengaman, centeng, kang parkir, atau calo karcis dan tiket. 

Itu belum termasuk dampak sosial, budaya dan pariwisatanya. Inilah kesempatan Indonesia menunjukkan wajah ramah, gotong royong dan toleransinya. Saat terbaik memperkenalkan segala macam jenis wisata dan rekreasi. Mulai dari wisata kebun, kuliner, sejarah dan tentu saja wisata alamnya. 

Inilah saatnya bagi para bule itu untuk mencicipi langsung bagaimana rasanya mie lendir-nya Riau Kepulauan, segala macam jenis kerupuk dan keripik ala Sumatera Barat. Mulai dari upuak kuah, upuak lento, ganepo sampai dengan upuak jariang, sanjai dan ubik lado🤣

Bisa pula dibuatkan misalnya jenis tour melihat proses pembuatan dodol, galamai, rendang atau bipang, ehhhh🤣 Jangan lupa, ajak mereka melihat langsung, seperti apa itu Terowongan Silaturrahmi Katedral-Istiqlal. Lengkap dengan guide yang kompeten mampu menceritakan sejarah pembuatannya. 

Wisata kebun. Mereka bisa kunjungi misalnya perkebunan teh di Bogor, Solok, Alahan Panjang atau Baruah Gunuang. Memetik langsung jeruk manis Koto Tinggi. Mengetahui bagaimana hebatnya sensasi mengupas salak pondoh. Dan sebagainya. 

Dan banyak jenis lagi jenis kampanye wisata lainnya. Intinya, pelaksanaan gelaran Piala Dunia U20 di Indonesia adalah momen emas untuk mewujudkan nawacita Indonesia Maju-nya duo Jokowi-Ma'ruf Amin. 

Tapi, apa lacur? Indonesia tak lagi dianggap ada. Dulu saat masih bayi, Indonesia pernah memimpin dunia. Kita pernah jadi pemimpin Non Blok, salah satu dari 3 blok kekuatan besar dunia. Artinya, kita setara dengan dua negara adikuasa seperti Amerika dan Rusia. 

Dulu karena tegasnya sikap politik luar negeri kita, Indonesia pernah memboikot Piala Dunia dan Olimpiade. Sekarang, bahkan atlet bulutangkis kita saja misalnya, dilarang bertanding di All England? Dipaksa resign dari Tomas dan Uber Cup? Terakhir, jangankan Piala Dunia, bahkan sekadar menyelengarakan kompetisi dalam negeri saja kita tak berdaya? 

Bebalnya pemerintah, yang mengabaikan berbagai saran para ahli, dokter atau epidemiologi dan sejenisnya, membuat kesempatan itu musnah sudah. Dunia tak lagi percaya. Kelak, walaupun ajang tersebut tersebut tetap dilaksanakan pada tahun 2023, usia calon bintang Indonesia tersebut sudah limit. Sementara ekonomi negara mungkin sudah ambruk ... kalau tak mau dibilang kolaps. 

Merajalelanya wabah ini bisa jadi adalah buah dari sikap pemerintah yang pada pikiran? Sudah berapa banyak ulama yang dipenjara? Berapa banyak ilmuwan yang ditangkap? Bahkan, kampus yang mestinya menjadi ajang adu dalil dalam dialog, malah menjadi tempat yang horor bagi sebuah pikiran? Dalil dilawan dengan delik. Otak dihadapi dengan otot. Maka, kebaikan dan berkah apa yang bisa kita harapkan pada pemerintah memusuhi pikiran, ulama dan ilmuwan begini? Masihkah bisa berharap kepada mereka, yang bahkan lebih akrab dengan orang gila, ketimbang mendekati ulama dan para ilmuwan? 

Wallahu 'alam! 😭😭

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...